Pentingnya Kemampuan Water Rescue Bagi Nelayan Penangkap Ikan

Opini929 Dilihat

Sumber Gambar: Dokumentasi pribadi

 

OPERASI penangkapan ikan merupakan salah satu aktifitas kerja yang memiliki tingkat risiko tinggi di dunia. Pasalnya berbagai aktivitas perlu dilakukan di atas kapal untuk menunjang keberhasilan penangkapan ikan. Berbagai aktivitas yang dilakukan di atas tersebut diantaranya adalah mencari daerah penangkapan ikan, menurunkan dan menaikan alat penangkapan ikan ke atas kapal, melepaskan hasil tangkapan ikan dari alat tangkap, melakukan sortir ikan, dan juga membersihkan alat tangkap dan juga geladak kapal.

Tidak jarang aktifitas di atas kapal dilakukan pada saat cuaca sedang buruk sehingga meningkatkan tingkat risiko kecelakaan. Sepanjang tahun 2018 hingga 2020 sebesar 31% dari kecelakaan kapal yang terjadi di Indonesia itu merupakan kapal penangkap ikan (Alfanda 2023). Berdasarkan data dari organisai pangan dan pertanian PBB (FAO), kejadian kecelakaan kapal penangkap ikan yang akhirnya menyebabkan kematian terus bertambah setiap tahunnya.

Masyarakat yang memiliki profesi sebagai nelayan hampir dapat ditemukan di setiap garis pesisir pantai Indonesia. Aktivitas penangkapan ikan di Indonesia secara umum masih tergolong pada kegiatan perikanan skala kecil sehingga penggunaan alat keselamatan dan juga peralatan komunikasi masih sering tidak dibawa pada saat melakukan operasi penangkapan ikan.

Tingginya dari tingkat risiko yang dihadapi menyebabkan pentingnya kemampuan keselamatan yang harus diketahui oleh para nelayan, salah satunya adalah keselamatan di air (water rescue). Dengan dibekali pengetahuan mengenai water rescue maka nelayan dapat lebih cepat membantu nelayan atau korban lainnya pada saat kapal tenggelam maupun kandas sehingga dapat menurunkan tingkat kematian.

Nelayan dapat menolong korban dengan mempertimbangkan beberapa metode penyelamatan, yaitu metode Reach (menjangkau), Throw (melempar), Row (mendekati), Go (berangkat), dan Carry/Tow (membawa). Metode reach dilakukan pada saat penolong berada pada posisi yang paling aman sehingga dapat memberikan bantuan dengan menjangkau korban dengan menggunakan benda lainnya seperti, tongkat, bambu, kayu panjang dan lain sebagainya.

Sama halnya seperti reach, Metode throw dilakukan pada saat posisi penolong berada pada posisi yang paling aman tetapi pada kondisi korban yang jauh. Metode bantuan ini dilakukan dengan melempar benda-benda yang dapat mengapung ke dekat korban, seperti pelampung, lifejacket, ataupun lifering. Alat apung yang dilempar dekat korban haruslah diikatkan terlebih dahulu ke dermaga ataupun benda lainnya yang tidak mudah bergerak.

Selanjutnya, metode row adalah memberikan bantuan dengan cara mendekati korban menggunakan kapal, perahu karet, atau moda lainnya. Sama seperti metode throw, metode row dilakukan apabila posisi korban berada pada lokasi yang jauh. Setelah mendekati korban, penolong dapat menggunakan metode reach dan throw untuk menaikan korban ke atas kapal.

Metode go merupakan plihan terakhir apabila metode lainnya dinilai tidak memungkinkan untuk dilakukan. Metode ini dilakukan dengan memberikan bantuan dengan berenang mendekati korban. Pada metode ini peilong wajib menggunakan life jacket atau pelampung, dan pastikan penolong membawa alat bantu apung lainnya untuk diberikan kepada korban.
Pada saat korban sudah tenang dan dapat bekerja sama, selanjutnya perlu melakukan metode tow/carry. Metode ini dilakukan untuk membawa korban ke darat/kapal.

Cobalah beberapa saat untuk melakukan komunikasi terlebih dahulu sebagai usaha untuk menenangkan korban. Perlu diketahui bahwa, membawa korban yang panik memerlukan teknik lainnya seperti defend dan realease agar penolong tidak menjadi korban selanjutnya. Hal tersebut dikarenakan korban panik akan berusaha menarik/meraih benda apapun yang berada di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Alfanda, B. D., Julianto, E., Aryatama, M. A., Wulandari, K. D., Primaningtyas, W. E. (2023). Variasi Model Pembebanan Memberikan Pengaruh Signifikan Terhadap Stabilitas Kapal Ikan Tradisional 3 GT. Jurnal INOVTEK POLBENG. 13(1):77-85.
[FAO] Food and Agriculture Organization. (2021). Safety at sea and decent work in fisheries and aquaculture. April, 1-9. FAO:Rome.
Imron, M., Nurkayah. R., Purwangka. F. (2017). Pengetahuan dan Keterampilan Nelayan Tentang Keselamatan Kerja di PPP Muncar, Banyuwangi. ALBACORE. 1(1):99-109. (Pringgo Kusuma Dwi Noor Yadi Putra, Aulia Andhikawati, Dosen Departemen Perikanan, FPIK, Universitas Padjadajaran)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *