SIRINE ambulans yang meraung-raung, lampu strobo yang berkedip, dan laju kendaraan yang menerobos kemacetan sering kali menjadi pemandangan yang membuat hati berdebar. Di balik kemudi, sosok supir ambulans lah yang memegang kendali, bukan hanya atas kendaraan, tapi juga atas nyawa yang sedang berpacu dengan waktu.
Profesi supir ambulans bukan sekadar pekerjaan mengemudi. Ini adalah panggilan jiwa, tanggung jawab besar, dan pengabdian kepada kemanusiaan. Setiap hari mereka menghadapi situasi genting, dari kecelakaan lalu lintas yang mengerikan hingga heningnya kesedihan di antar jenazah.
Pak Ucok, seorang supir ambulans di Bekasi, telah menyaksikan banyak kisah selama bertugas menjadi supir ambulans. “Setiap hari berbeda,” ujarnya dengan tatapan mata penuh pengalaman.
“Ada hari-hari di mana saya mengantar jenazah saudara pulang ke kampung halaman,” ujarnya.
Kemampuan supir ambulans tidak hanya terbatas pada keahlian mengemudi. Mereka harus sigap dan tenang dalam situasi darurat, serta memiliki empati yang tinggi untuk memberikan dukungan emosional kepada pasien dan keluarga.
“Saya pernah mengantar seorang ibu yang kehilangan anaknya dalam kecelakaan. Melihat kesedihannya, saya tidak tega hanya diam saja. Saya menemaninya selama perjalanan, mendengarkan ceritanya, dan mencoba memberikan penghiburan,” urainya.
Selain itu, supir ambulans juga harus beradaptasi dengan berbagai kondisi jalan dan lalu lintas. Mereka dituntut untuk bisa menerobos kemacetan dengan aman dan efisien, tanpa membahayakan nyawa pasien yang mereka bawa.
“Saya juga pernah ngalamin kejadian horor pas ngaterin jenazah dari Bekasi ke Sukabumi. Sebelum berangkat kita selalu ngecek mobil, nah aman tuh. Perjalanan dari Bekasi ke Sukabumi alhamdulillah aman. Nah pulangnya kan saya lewat tol tuh, eh pas di jalan kerandanya bunyi mulu, trus kita kan ngelewatin jembatan eh saya kaya ngelindes sesuatu gitu. Otomatis saya menepi tu ke pinggir jalan dan berhenti sekalian ngecek tadi saya ngelindes apa, pas dicek ternyata ga ada apa-apa, semuanya aman-aman aja,” papar Pak Ucok.
Teknologi juga turut berperan dalam meningkatkan efektivitas kerja para supir ambulans. Sistem navigasi yang canggih membantu mereka menemukan rute tercepat ke rumah sakit, sementara komunikasi real-time dengan petugas medis memungkinkan mereka mendapatkan instruksi dan dukungan selama perjalanan.
Namun, tantangan bagi supir ambulans tidak selalu datang dari situasi darurat atau kemacetan. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap keberadaan ambulans masih menjadi masalah. Sering kali, sirine dan lampu strobo diabaikan, membuat laju ambulans terhambat dan berpotensi membahayakan nyawa pasien.
“Kesadaran masyarakat terhadap ambulans sangat penting. Beberapa detik saja keterlambatan bisa berakibat fatal. Kita semua harus belajar untuk memprioritaskan ambulans dan memberikan jalan,” katanya.
Dengan semakin meningkatnya kepadatan penduduk dan lalu lintas, profesi supir ambulans semakin vital. Mereka adalah pejuang tak kenal lelah yang mempertaruhkan keselamatan sendiri demi menyelamatkan nyawa orang lain.
Mari kita hargai dan hormati para supir ambulans. Beri mereka jalan, dengarkan sirene mereka, dan jadilah bagian dari masyarakat yang peduli terhadap nyawa sesama. (Mila Setyaningrum, Ilkom Unisma)