SENIN, 22 Juli, empat wartawan gaek, sebutan kerennya wartawan kolonial bertemu di kantor MUI TV Kota Bekasi. Mereka adalah Habsul Nurhadi (M2), Chandra Prabowo (Solopos), Zulkarnain Alfisyahrin (Media Indonesia), dan Imran Nasution (Pikiran Rakyat).
Seperti biasanya kalau ketemu teman wartawan gaek, pembicaraan tak jauh dari kenangan liputan masih usia muda. Bagaimana asiknya berburu berita mengejar nara sumber. Apalagi di era tahun 1990-an, alat komunikasi belum secanggih sekarang.
Untuk mendapatkan informasi dari nara sumber harus ketemu orangnya. Wawancara dengan tatap muka. Itu yang membuat wartawan terkadang harus menunggui nara sumber di depan rumahnya jika tak bisa bertemu di kantornya.
Meski kerja selalu dikejar deadline tapi terasa asik. Lazim terjadi adu cepat ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), dengan polisi jika ada peristiwa kriminal misalnya pembunuhan atau perampokan.
Sebab jika polisi duluan sampai ke TKP, saksi mata sering ditekan untuk tidak cerita kepada wartawan. Kalau wartawan mendapat informasinya sering tidak utuh, ada saja yang ditutupi untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan. Maka tak ada jalan lain kecuali adu cepat datang ke TKP untuk mendapatkan informasi yang utuh.
Asiknya bertemu teman wartawan sezaman, ngopi ditemani gorengan, membuat perbincangan semakin seru dan hangat.
Apalagi Zulkarnain Alfisahrin yang kami panggil bang Regar dan terkadang bang Zul, padai memancing pembicaraan yang mengasikkan.
Kini bang Zul masih memimpin dua media yaitu MUI-TV Kota Bekasi sebagai Pemimpin Umum dan Koran Bekasi sebagai Pemimpin Perusahaan dan Pemimpin Redaksi.
Kami baru bubaran setelah suara azan berkumandang untuk shalat Ashar dan janji akan rutin melakukan pertemuan untuk mendapatkan hasil tulisan yang menarik. Karena kami berprinsip, dunia jurnalistik adalah denyut nada kami. Kami akan berhenti menulis setelah usia kami berakhir. (Imran Nasution)