Bang Robot, Jalan Baru Underpass, Bekasi Timur
BERBAGAI cara bisa dilakukan manusia untuk bertahan hidup. Membahas perihal materi, tidak hanya melulu soal makanan. Kebutuhan manusia meliputi sandang, pangan, papan adalah pokok yang tidak sedikit. Terlebih di era millennial ini tidak jarang muncul istilah istilah kebutuhan baru.
Secara umum, kata Ernest Hutagalung, Chief Financial Officer Telkomtelstra, tempat kerja digital dapat membuat strategi bisnis lebih efektif serta membuat keterlibatan karyawan melalui lingkungan komputasi yang lebih mirip konsumen.
“Office 365 memungkinkan pegawai untuk bekerja di mana saja dan kapan saja dengan fitur pendukung untuk berkolaborasi secara online baik dari telepon, video call, sharing file, mengedit file secara bersama dalam satu dokumen dan lainnya,” pungkas Ernest.
Bahkan, tempat kerja menjadi kebutuhan yang terbilang pokok untuk zaman sekarang. Lantas bagaimana nasib orang yang mencari uang dengan keadaan berangkat kepanasan dan pulang kehujanan? Apakah tempat kerja yang nyaman dan terfasilitasi termasuk kebutuhan juga bagi mereka? Atau bahkan hal itu tidak terlintas sama sekali di benak mereka.
Hal itu lah yang terjadi pada Bang Robot, panggilan akrab dari seorang pengamen lampu merah yang selalu mengenakan pakaian dengan kostum heronya.
Sehari hari ia berada di lampu merah di antara hiruk pikuk kendaraan yang berlalu lalang. Dengan mengandalkan kostum heronya, dia menirukan gerakan-gerakan dari kostum hero yang ia kenakan. Dengan harapan adanya empati dari pengendara yang berhenti saat lampu merah menyala.
Hal itu terpaksa ia lakukan, dimana sebelumnya ia telah nyaman bekerja di perusahaan swasta, namun karena terjadi pandemi Covid-19 akhirnya ia terpaksa di rumahkan perusahaan tersebut. Sehingga kini ia harus bergelut dengan terik nya matahari dan cucuran keringat di seluruh badannya karena terbungkus kostum yang cukup tebal.
Satu-satunya hal yang menggembirakan hatinya adalah jika senja telah tiba, hal itu berhubungan dengan udara yang tidak terlalu menyengat. Hingga tiba saatnya ia harus pulang ke rumah, dengan perasaan gembira.
“Sedih sebenarnya mba, tapi mau bagaimana lagi, sekarang susah cari kerjaan,” ujarnya, Selasa (7/11/2023).
Dari pekerjaannya itu, dia berpenghasilan setiap harinya hanya 100 ribu rupiah. Waktu terus berjalan, dan pekerjaan itu ia jalani selama hampir tiga tahun. Walau tempat ia mencari nafkah dekat dengan jarak rumahnya, tetapi Bang Robot sudah mempunyai keluarga. Pekerjaan itu ia lakukan demi menafkahi keluarganya, tidak peduli apa yang dia alami selama bekerja sebagai robot pengamen.
Tidak hanya dokter dan polisi yang mempunyai suka duka dalam pekerjaanya. Bang robot pun punya kisah tersendiri dari pengalamannya. Ia menghadapi banyak ragam sifat manusia dalam kesehariannya. Ada yang peduli, namun tidak sedikit pula yang tidak simpatik dengan apa yang ia lakukan. Walaupun begitu, semuanya ia jalani dengan lapang dada demi menafkahi keluarga yang sangat ia cintai. Jika ia pulang ke rumah, terkadang di tengah sepinya malam, ia merenung dengan 1000 pertanyaan dalam lubuk hatinya, sampai kapan pekerjaan ini ia jalani.
Sebagai manusia biasa tentunya ia mempunyai cita cita dan harapan. Terutama jika itu berkaitan dengan masa depan putra putrinya. Ia berharap semoga mereka dapat lebih baik dari yang ia capai sekarang ini. Hingga dalam kesendirian itu, ia memohon kepada tuhan yang Maha Esa, dan ia pun berucap; “YaAllah berikanlah kesehatan bagiku agar terus mampu berupaya memberi perhatian yang terbaik untuk keluarga ku dan jadikanlah putra putriku anak yang sholeh sholehah dan berguna bagi masyarakat, aamiin.” (HafiliaMuznyyah)