Pentigraf Ramadhan 1445 H : Derai Air Mata Dikumandang Takbir

Umum891 Dilihat

TERLAHIR ke dunia fana dengan diminta ataupun tidak mesti diterima. Wujud bentuk cinta kasih dari dua insan yang telah digariskan Sang Maha Pencipta. Orangtua memberiku nama Maisara Fitri yang bermakna kekayaan dan kembali suci.

Mai panggilanku, sejak kecil ditimang-timang, dididik, dibimbing berbagai hal rumus kehidupan. Terkadang setelah besar, pergaulan mempengaruhi mental, jiwa. Tidak selamanya mulus sesuai harapan. Terbawa arus. Mai terjungkal pada lembah curam, terpuruk pada titik nadir kenikmatan semu.

Ya Allah, sesungguhnya setiap insan diciptakan dari dzat yang sama. Dari tanah, tanah yang terpilih dari asalnya. Kemudian Engkau bentuk, wujudkan, ciptakan. Diciptakan dari asal muasal yang hina dina, namun Engkau ya Allah mengangkat derajat dan martabat dengan memuliakannya.

Titah-MU sudah tegas wamaa umiruu illaa liyabuduu allaaha mukhlishiina lahu alddiina hunafaa-a dengan terjemahan padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.

Gema takbir mengiris sembilu. Menggetarkan segala kepapaan diri. Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar, Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu Akbar walillaahil hamdu.

Mai tersungkur di hamparan sajadah, meresapi akan kekeliruan diri. Mai menengadahkan tangan, derai air mata tak terbendung mengingat segala laku lampah yang salah. Engkau Maha Ghaffur, ampuni Aku. Engkau Al-Hakam, tetapkanlah imanku. Engkau Al-Hafizh, peliharalah Aku. Engkau Al Haadii, tujukkanlah Aku pada jalan yang lurus. Terimalah wudhuku, sembahku, sujudku, taubatku. (Yoni Haris Setiawan, Trainer & Motivator Literasi Indonesia PPQM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *