JAKARTA, KORANBEKASI.ID – Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Arif Satria mengingatkan dunia saat ini berubah sangat cepat. Sehingga untuk mengimbanginya masyarakat harus terus belajar.
Saat berbicara pada Muktamar VII dan Reuni Akbar KB PII, di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Sabtu (14/9) siang, Prof. Arif Satria menyampaikan 5-10 tahun lalu sebuah temuan tehnologi bisa bertahan 25-50 tahun. Sekarang temuan baru paling lama bertahan 5-10 tahun saja.
“Kita merasakan sekarang tiba-tiba tidak ada yang baca media cetak tapi beralih ke media online,” terang Arif.
Untuk itu, Arif mengingatkan agar tidak tergilas jaman masyarakat terutama generasi muda harus mau terus belajar mengikuti perkembangan pengetahuan.
“Bukan hanya ilmu pengetahuan yang harus ditingkatkan, skill penguasaan terhadap tehnologi baru juga harus dikembangkan,” tutur Arif.
Ketua Umum ICMI Pusat itu juga berharap pendidikan tinggi di tanah air juga harus berani melakukan terobosan untuk mengikuti perubahan tehnologi. Ia menunjuk contoh China, Korsel, dan Singapura yang ranking perguruan tingginya melesat di Asia karena berani melakukan terobosan-terobosan untuk mengikuti disrupsi tehnologi digital.
“Korsel, Singapura dan China itu pendidikannya sudah berorientasi masa depan, sudah seperti di AS,” terang Arif.
Hilangkan Ketergantungan
Sementara mantan Menkeu Fuad Bawazier mengingatkan masyarakat untuk menghilangkan ketergantungan terhadap produk-produk impor, khususnya impor pangan.
Ia menunjuk contoh impor gandum yang jumlah terus bertambah dari tahun ke tahun sehingga menimbulkan ketergantungan.
“Dulu kita pernah coba stop impor gandum ternyata tidak bisa. Sekarang pasti lebih sulit,” terang Fuad seraya menyebut bahwa impor itu hanya menguntungkan segintir importer.
Dialog Muktamar VII KB PII yang dihadiri ratusan pengurus daerah KB PII ini juga menampilkan pembicara Najib Asca. (banu)