PAMERAN karya-karya ulama nusantara diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2024. Acara ini diadakan agar masyarakat lebih mendalami ajaran akidah dengan aswaja di Kantor PCNU Kota Bekasi, 26-30 Oktober 2024 mulai pukul 08.00-15.00.
Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Bait Al Qur’an dan museum istiqlal TMII hingga banyak dikunjungi masyarakat. Kegiatan ini bertujuan untuk menamakan ajaran akidah dengan aswaja yang benar sesuai dengan yang diajarkan para ulama pada zaman dahulu.
Aswaja sudah ditulis dengan para ulama dari abad ke 15, salah satunya adalah Sunan Bonang yang sudah menulis bukunya pada abad ke 16 hingga abad ke 20.
Syaifuddin selaku kurator pameran menyampaikan awal mula pameran ditampilkan dan apa saja yang dipamerkan dalam acara tersebut. Dikatakan, Al Qur’an yang sangat luas sekali juga dipamerkan pada acara tersebut dan dibikin semirip mungkin. Syaifuddin juga mengharapkan agar semakin teredukasinya masyarakat dalam berbagai hal.
“Pada awalnya memang semua karya ulama yang ditampilkan di sini, meskipun ada yang asli ada juga yang di⁹reproduksi naskahnya, mungkin banyak orang yang belum tahu ternyata ada Al Qur’an yang sangat luas sekali dan berasal dari abad ke 7 dari Khalifah Usman bin Affan, bentuk, berat, tebalnya dibikin semirip mungkin dengan aslinya,” ujar Syaifuddin.
“Harapan kita karena ini temanya tentang edukasi ya jadi semakin teredukasinya masyarakat tentang jati diri kita sendiri dalam sisi berbagai hal, sebenarnya jati diri bangsa ini adalah aswaja,” lanjutnya.
Gumbad Syah selaku pengunjung pameran mengungkapkan harapannya. Ia berharap seluruhnya mempunyai sikap Akhlakul Karimah. Dan ia juga menambahkan bahwasanya untuk menjadi santri tidak harus mondok atau pesantren.
“Harapan kita seluruhnya harus memiliki yang namanya akhlakul karima, maka dia disebut dengan santri. Santri itu sekarang tidak harus mondok. Tetapi santri itu yang memang betul- betul memiliki akhlak yang mulia, akhlak yang baik dimanapun sekolahnya. Karena kalau diibaratkannya mondok semua, nanti bakal terjadi dikotomi dikotomi. Oleh karenanya siapapun yang merasa belajar agama dimana pun dan dia bisa mengaplikasikan dikehidupan sehari hari Insha Allah akan disebut santri,” kata Gumbad Syah. (Laras, SMKN 65 Jakarta dan Rais, SMK Tamhar)