MENDENGAR kata sampah maka akan terbersit dengan ceceran, gundukan, tumpukan sampah dimana-mana serta bau busuk menyengat dari bak-bak atau tong-tong sampah yang berada di setiap rumah. Gunungan sampah pun membumbung tinggi telah melebihi kapasitas di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Ratusan truk dari berbagai wilayah Jabodetabek membuangnya ke TPA sampah dengan overload. Bagaimana pengelolaan yang efektif dan optimal sehingga menjadi nilai ekonomi? Dimana peran generasi muda mensikapi hal ini?
Saat ditemui dan dikonfirmasi terkait sampah, Direktur Bank Sampah Induk Patriot (BSIP) Kota Bekasi, Eddy Supangkat menjelaskan bahwa kegiatan Bank Sampah Kota Bekasi yang aktif saat ini sekitar 207 unit meliputi 12 kecamatan, 56 kelurahan dan 1008 RW. Dari ratusan unit Bank Sampah yang telah tersosialisasikan, terbentuk pula komposisi kepengurusannya atau pengelolanya. Kompoisi kepengurusan tingkat RW meliputi, Pembina (Lurah), Penanggung Jawab (Ketua RW), Direktur, Sekretaris, Bendahara, Bagian Pembukuan, Penimbangan, Quality Control, Marketing, dan Anggota.
Baik masyarakat, warga sekolah (dasar dan menengah) maupun perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan yang mengedukasi para peserta didik dan mahasiswa juga dapat berperan aktif dalam pengelolaan Bank Sampah. Keterlibatan warga sekolah dan sivitas akademika dapat membantu percepatan dalam 3R (reduce, reuse, dan recycle: mengurangi, menggunakan ulang dan mendaur ulang) sampah yang berada di kawasan sekolah dan kampus.
“Langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk pengelolaan Bank Sampah di sekolah dan kampus antara lain menyelenggarakan sosialisasi produktifitas sampah, pembentukan pengurus sebagai pengelola, pendampingan kepada peserta didik dan mahasiswa dalam pemanfaatan sampah dan lainnya,” tegas Eddy.
Menurut Eddy, Bank Sampah adalah fasilitas untuk mengelola sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle: mengurangi, menggunakan ulang dan mendaur ulang), sebagai sarana edukasi, perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah, dan pelaksanaan ekonomi sirkular, yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, badan usaha, dan/atau pemerintah daerah. Namun, saat ini sangat mengalami kesulitan dalam merekrut mahasiswa dan anak muda untuk terlibat langsung dalam pengelolaan bank sampah.
Lebih lanjut Eddy mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi saat ini utamanya dalam upaya rekruitmen mahasiswa dan anak muda untuk aktif menjadi pengelola Bank Sampah atau relawan sosial. Ketertarikan anak-anak muda sangat minim sekali dalam hal ini. Keberadaan BSIP Kota Bekasi menjadi garda terdepan dalam mencegah permasalahan lingkungan serta menjadi agen pengurangan sampah yang berbasis Bank Sampah.
“Beberapa kali Bank Sampah yang didirikan mahasiswa dan anak muda baru seumur jagung sudah tidak aktif lagi. Karena masih muda, banyak kegiatan barangkali, apalagi kalau yang masih kuliah atau yang sudah bekerja hanya diawal-awal saja mereka aktifnya,” keluh Eddy.
Terkait sampah yang dapat diguna ulang sebagaimana termaktub dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 14 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Sampah Pada Bank Sampah, BAB II Bagian Kesatu, Pengelolaan Sampah Pasal 6 ayat (4) yaitu meliputi: a. Sampah plastik; b. Sampah kertas; c. Sampah logam; d. Sampah kaca; e. Sampah karet; Sampah tekstil; dan/atau g. Sampah lainnya.
Sedangkan Sampah yang dapat didaur ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (6) yaitu meliputi: a. Sampah plastik; b. Sampah kertas; c. Sampah logam; d. Sampah kaca; e. Sampah karet; f. Sampah tekstil; dan/atau g. Sampah lainnya.
Salah satu peran dan keikutertaan perguruan tinggi yaitu Institut Bisnis Muhammadiyah (IBM) Bekasi pada tahun akademik 2022/2023 telah melangsungkan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kecamatan Bekasi Selatan, salah satunya Kelurahan Kayuringin Jaya. Kelompok 10, dari pengamatan Eddy sangat membantu dalam pengumpulan, pemilahan, penyetoran dan penimbangan sampah-sampah di RW 07 yang di Ketuai Lili Fadli Muhamad. Harapan Eddy, Mahasiswa IBM Bekasi dapat berperan aktif dan berkontribusi dalam pengelolaan Bank Sampah di kampus.
Dengan pengelolaan sampai yang baik, perguruan tinggi dengan struktur pengelola atau kepengurusan Bank Sampah Kampus dapat dengan mudah setiap harinya sampah jajanan mahasiswa dimanfaatkab untuk produktif. Prouktifitas pengelolaan sampah akan menghasilkan nilai ekonomi (cuan) yang tinggi. Pemanfaatan sampah dapat dikelola dengan membuat ragam kreasi souvenir dan berbagai kreatifitas mahasiswa.
“Pengelola Bank Sampah saat ini yang menjadi relawan dan petugas sosial kebanyakan dari kalangan usia tua. Padahal Bank Sampah bila dikelola para mahasiswa dan anak muda akan menjadi sarana meningkatkan sosio-ekonomi. Sampah sebagai investasi yang sangat menjanjikan, dari sampai akan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang produktif,” jelasnya.
Urusan sampah bukan hanya jadi urusan pemerintah dan BSIP, tetapi menjadi urusan komponen bangsa. Hemat Eddy, solusinya agar anak muda dapat berperan aktif perlu adanya sinergi dan kombinasi antara usia tua dan anak muda sangat bagus kalau bisa berkolaborasi. Karena Bank Sampah perlu inovas-inovasi dan kreatifitas. Dan harus dapat mengikuti trend perkembangan saat ini. Digitalisasi dan sistem Bank Sampah harus dilakukan. Ditambah dengan medsosnya.
“Kalau itu sudah berjalan menggandeng CSR juga mudah. Bank Sampah untuk terus berkembang. Kalau kita bisa menjabarkan hal ini ke anak-anak muda, barangkali dapat sedikit menarik minat mereka,” tandas Eddy.
Publikasi di berbagai media terkait keberadaan Bank Sampah memang sangat perlu di endorsement. Peran dan tanggung jawab mahasiswa dan anak muda terhadap lingkungan hidup mesti dilakukan sejak sekarang. Pelatihan menulis diperlukan untuk diselenggarakan sehingga publikasi di berbagai media tersebar informasinya agar menambah pengetahuan masyarakat. (Yoni Haris Setiawan, Trainer dan Motivator Literasi QURUTA Management Indonesia)