PENTIGRAF APRIL (RAMADHAN) 2023: Kaki-kaki Tanpa Rantai di Balik Tirai

Umum3394 Dilihat

Penulis: Yoni Haris Setiawan
(Trainer & Motivator Literasi Indonesia PPQM Lembaga TEMALI)

Mirza sedih, lara hati ketika Ramadhan akan meninggalkan kebersamaan yang telah menggembleng lahir, batinnya. Dalam setahun, satu bulan yang selalu dinantikan, ingin mendekat, mendekap, kembali bergumul. Bertemu Ramadhan, tidak ingin berpisah. Namun bagi yang tidak menginginkan hadirnya merupakan hal teramat sangat berat. Tidak mudah menahan diri atau berpantang makan, minum, nafsu amarah, dan godaan yang menari-nari dipelupuk mata sejak imsak.

Teduh, tenang rohani menyimak ustadz, mubaligh berceramah di masjid, televisi menyampaikan tausiyah. Salah satunya dalil; Jika masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu rahmat dibukakan, pintu-pintu Jahannam ditutup dan setan-setan pun diikat dengan rantai. (HR. Bukhari dan Muslim). Intinya, setan yang dirantai atau dibelenggu hanya setan “kelas berat” yang membangkang. Setan-setan yang “kelas teri” cenderung lolos. “Mirza, kalau gak kuat buka aja di warung, toh gak bakal ketahuan, kan pake tirai warungnya celetuk Revan.

Mirza menyusuri jalanan berkilo-kilo untuk menempuh tempat kerja. Sepanjang perjalanan terlihat kaki-kaki tanpa rantai menjuntai dibalik tirai. Empat jam setelah imsak, pagi-pagi buta setan-setan kelas teri pun beraksi menggoda jiwa-jiwa dalam rasa kehausan, kelaparan. Pintu, jendela warung nasi punya malu ditutup tirai. Owner warungnya, punya malukah? Mengais rezeki sangat dianjurkan agama. Mirza merunduk, bersimpuh merenungi keadaan zaman. Ya… Rabbi sehebat inikah ummat-Mu membangkang kemuliaan puasa? lirihnya. Andai Malaikat merantai kaki-kaki yang menjuntai dibalik tirai. Nikmatnya sesaat, sesalnya sampai akhirat.

Bekasi, Sabtu, 08 April 2023/17 Ramadhan 1444H

>>>O<<<

Momentum Ramadhan tidak akan pernah habis dibuat cerita. Berjilid-jilid judul tidak akan berhenti menuliskannya. Sejenak dengan penuh kebijaksanaan, tidak perlu menggunakan waktu berjam-jam. Cukup 15 menit memanfaatkan momentum ini untuk mengabadikannya dalam karya literasi yang tidak akan punah di gerus zaman.

Yuuk…!!! Sahabat Literasi, waktu terus bergulir meninggalkan masanya. Menulis merupakan media dakwah, menebarkannya untuk kebaikan. Menulis dalam KBBI (2001: 968) adalah melahirkan pikiran atau perasaan. Nurgiyantoro (2001: 298) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Sehingga pembaca bisa mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru dari tulisan tersebut.

Menulis itu penting, karena dengan adanya tulisan bisa menjadi sebuah bukti nyata telah terjadi sesuatu hal yang penting di suatu masa. Pengetahuan suatu sejarah bisa diketahui oleh masyarakat berkat adanya tulisan-tulisan yang menjelaskannya. Apabila Sahabat Literasi merasa ketinggalan karena momen-momennya terlewatkan. Mulai yuuuk!!! merangkai kepingan-kepingan yang tercecer.

#Salam Literasi: Indonesia Berkarya!
Sumber Insert Foto: Internet.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *