JUM’AT (17/11/2023), HP-ku berdering. Dari seberang terdengar suara yang aku sangat mengenalnya. Meski kami sudah lebih dari 10 tahun tak ketemu. Ia adalah Dikdo Maruto, wartawan Pikiran Rakyat, yang pernah bertugas di Bekasi tahun 2004. Lalu ia pindah tugas ke Jakarta, kemudian kembali ke Bandung.
Dikdo bilang kalau Sabtu (18/11/2023) ia ada di Tambun, Kabupaten Bekasi dalam rangka kegiatan UMKM. “Tempatnya di SMA Nusantara, samping Polsek Tambun ” katanya.
Setelah berbincang agak lama melalui HP, kami cerita tentang banyak hal setelah Pikiran Rakyat banyak merumahkan wartawan karena pesatnya media sosial dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
Banyak penerbitan koran dan majalah yang terpaksa tutup dan terpaksa PHK karyawan dan wartawan. Aku masih beruntung saat kami di wisuda sebagai Purnabhakti di Group PR (sebutan PHK juga) tahun 2007, nasih dapat pesangon sesuai peraturan menteri tenaga kerja. Waktu itu ada 250 karyawan dan wartawan yang diwisuda. Salah satunya aku.
Setelah setahun sesudah wisuda, aku mendapat undangan dari senior yang sudah purnabhakti di PR, singkatan Pikiran Rakyat.
Undangan itu untuk bertemu di Cipanas Cianjur. Selain melepas kangen sesama wartawan PR Group. Juga para senior itu mengajak kembali untuk menekuni jurnalis. Tapi, medianya bukan PR. Pilihannya jatuh ke Harian Ekonomi Neraca. Sebuah koran nasional yang terbit di Jakarta
Nampaknya seorang jurnalis sulit melepas profesi yang telah digeluti berpuluh tahun. Akhirnya diputuskan untuk mengelola harian Ekonomi Necara. Entah apa yang terjadi setelah itu. Karena aku tak ikut. Aku waktu itu sudah bekerja di Radio Dakta 107 FM sebagai redaktur Website.
Belakang banyak teman yang alih profesi, membuka usaha baru. Ada juga tetap berjibaku di dunia jurnalis, membuat web, portal, Youtube. “Aku memilih buka usaha gabung dengan UMKM,” ujar Dikdo.
Pertemuan yang singkat, dadakan, dan tak terduga itu, mampu menghapus dahaga kerinduan sebagai sahabat. (Imran Nasution)