MOLO pahae simanggurak, pahulu sitippulon. Molo ra iba manjagit, akkon ra do iba paulakkon!
Sebuah anjuran di Padang Bolak, Tapanuli Bagian Selatan, yang sudah turun temurun. Filosofinya ajakan kebersamaan. Jauh sebelum bangsa ini merdeka, orang Padang Bolak sudah mengamalkan Pancasila, yakni sila ke-3 persatuan dan sila ke-4 keputusan yang diambil berdasarkan musyawarah.
Pahae simanggurak, pahulu sitippulon secara harfiah bermakna: Hari ini hajat di tempat aku, maka engkau beri kontribusi optimal, sebab begitu esok hari kau dapat giliran hajat. maka kami pun curahkan segala daya. Pendeknya, giliran semacam arisan.
Begitu juga dalam berbudidaya pertanian sawah yang disebut ‘Marsialapari’. Hari Rabu kita berkelompok memacul di sawah Boru Harahap, besok di sawah Boru Nasution dan seterusnya. Jadi kerjaan macul terasa ringan lantaran dikerjakan beramai-ramai dengan riang gembira (marngair).
Kini Budaya Marsilapari sudah raib karena menonjolnya sistem upah dan masuknya teknologi pertanian. Boleh saja teknologi masuk untuk modernisasi pertanian, tetapi tetap berpijak pada falsafah leluhur yang merekatkan hubungan warga desa.
Tulisan Tipis-Tipis, ETD. (Erman Tale Daulay, owner podcast Tipis-tipis)