5 Adab Menyambut Hari Raya Iedul Fitri

Umum1100 Dilihat

Oleh Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani SPd MPd Gr

1. Menghidupkan Malam Takbiran hingga Sholat Iedul Fitri

2. Mandi sebelum Sholat Iedul Fitri

3. Menggunakan Pakaian terbaik dan Minyak Wangi (Non Alkohol)

4. Makan Sebelum Sholat Iedul Fitri

5. Saling bertegur sapa dengan mengucapkan Taqaballallohu’ Minna Wa Minkum, Mohon Maaf Lahir dan Bathin Selamat Berlebaran dan Bersilahturahmi keRumah Keluarga, Tetangga dan Kerabat.

Ucapan Lebaran/Iedul Fitri yang Shohih

“Taqabballohu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Selamat Idul Fitri 1445 H. Minal ‘Aidin wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin”

Tak terasa Ramadhan bulan penuh berkah telah berakhir. Tak terasa sudah 1 bulan kita melalui bulan penuh berkah, bulan Ramadhan. Dan akhirnya kita telah tiba pada tanggal 1 Syawal (saat ini 1 Syawwal 1442 H bertepatan dengan 13 Mei 2021 M). Ya, hari kemenangan umat Islam telah di depan mata. Hari kemenangan setelah satu bulan penuh kita menahan lapar, dahaga, dan hawa nafsu.

Saat Idul Fitri tiba kita banyak sekali menerima ucapan permintaan maaf, baik itu secara lisan atau tertulis, baik langsung maupun lewat media elektronik dan media sosial. Ucapan yang sering kita terima yaitu, “Taqabballohu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Minal ‘Aidin wal Faidzin”. Pernahkah kita berfikir sejenak, apa arti dari kalimat yang sering kita ucapkan saat lebaran tersebut? Berikut ini saya akan berbagi sedikit informasi untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Taqabballohu minna wa minkum, BUKAN Minal ‘Aidin wal Faidzin

Apa sebenarnya yang selalu diucapkan Rasululloh  semasa hidupnya ketika hari raya Idul Fitri? Nabi Muhammad  ternyata telah memberikan tuntunan agar ketika tiba di bulan Ramadhan kita mengucapkan “taqabbalallohu minna waminkum“, yang artinya “semoga Alloh menerima amalan aku dan kamu“. Kemudian menurut riwayat ucapan ini diberikan tambahkan oleh para sahabat dengan kata-kata “shiyamana wa shiyamakum“, yang artinya “puasaku dan puasamu”. Dengan demikian secara lengkap kalimat tersebut menjadi “taqabbalallohu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum” yang artinnya “semoga Alloh menerima amalan saya dan kamu, amalan puasa saya dan kamu“.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahulloh [Majmu Al-Fatawa 24/253]

Jubair bin Nufair : “Para sahabat Nabi Muhammad ﷺ bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallohu minnaa wa minkum (Semoga Alloh menerima dari kami dan darimu)”.

Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqolani Rahimahulloh dalam Fathul Bari [2/446] Dalam ‘Al Mahamiliyat’ dengan Isnad yang Hasan

Muhammad bin Ziyad berkata : “Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Muhammad . Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : ‘Taqabbalallohu minnaa wa minkum”

(Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)

IMAM AHMAD menyatakan bahwa ini adalah “Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Bagus. Beliau menambahkan : “Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallohu a’lam.”

[Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam ‘Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan]

Lalu Kenapa Minal ‘Aidin Wal Faidzin??

ASAL MULA

Ucapan minal ‘aidin wal-faizin ini menurut seorang ulama tidaklah berdasarkan dari generasi para sahabat ataupun para ulama setelahnya (Salaf as-Shaleh). Perkataan ini mulanya berasal dari seorang penyair di masa Al-Andalus, yang bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya mengkisahkan dendang wanita di hari raya. (Dawawin Asy-Syi’ri Al-’Arabi ‘ala Marri Al-Ushur, 19:182)

UCAPAN IDUL FITRI SESUAI SUNNAH

Biarpun berbahasa Arab, ucapan minal ‘aidin wal-faizin ini tidak akan dimengerti maknanya oleh orang Arab, dan kalimat ini tidak ada dalam kosa kata kamus bahasa Arab, dan hanya dapat dijumpai makna kata per katanya saja. Tidak ada dasar-dasar yang jelas tentang ucapan ini, baik berupa hadist, atsar, atau lainnya. Menurut Ibnu Taimiyah, ucapan Idul Fitri yang sesuai dengan sunnah, “Adapun ucapan selamat pada hari raya ‘Id, sebagaimana ucapan sebagian mereka terhadap sebagian lainnya jika bertemu setelah Sholat ‘Id yaitu:

Taqabbalallohu minna wa minkum (Arab: تقبل الله منا ومنكم), artinya: “Semoga Allah menerima amal kami dan kalian” atau
Taqabbalallohu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik (Arab: تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ , وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك), artinya: “Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu” dan semisalnya. (Majmu’ Fatawa, 24/253, lihat juga Ibnu Qudamah di Al Mughni, 3/294).
Dikalangan masyarakat dan media Televisi berjuta juta muslim di indonesia sering mendengar kata ini digandengkan dengan kata ‘Mohon maaf lahir batin’ sehingga kurang lebih Begini:

“MINALAIDIN WAL FAIZIN – MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN”,

Seakan akan (mungkin yang mengucapkan) menganggap bahwa Minal Aidin Wal Faizin Ini berarti Mohon Maaf Lahir dan Batin..Benarkah begitu? Coba perhatikan dan analisa sendiri jika dua frase itu diartikan secara menyeluruh dalam bahasa indonesia yang benar:

“TERMASUK DARI ORANG ORANG YANG KEMBALI SEBAGAI ORANG YANG MENANG – Mohon maaf lahir dan Batin”.

Coba lihat penerjemahan makna frase Minal Aidin Wal Faizin dalam bahasa Arab berikut:

Min, Artinya “termasuk”.

Al-aidin, Artinya”orang-orang yang kembali”

Wa, Artinya “dan”

Al-faidzin, Artinya “ menang”.

Jadi makna “Minal Aidin Wal Faidzin” jika dipaksakan diterjemahkan kedalam kai’dah tata bahasa Arab – Indonesia yang benar adalah “Termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang”. Artinya mengambang bukan?

Dalam budaya Arab, ucapan yang disampaikan ketika menyambut hari Idul Fitri (yang mengikuti teladan nabi Muhammad) adalah “Taqabbalallohu minna waminkum”, Kemudian menurut riwayat ucapan nabi ini ditambahkan oleh orang-orang dekat jaman Nabi dengan kata-kata ”Shiyamana wa Shiyamakum”, yang artinya puasaku dan puasamu, sehingga kalimat lengkapnya menjadi “Taqabbalallohu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum” (Semoga Alloh menerima amalan puasa saya dan kamu).

Dari riwayat tersebut dan seperti keterangan keterangan yang dipaparkan yang benar adalah dari “Taqabbalallohu… sampai … shiyamakum”. tidak satupun menyatakan ada istilah Minal Aidin wal Faidzin. Atau tanpa minal aidin wal faidzin.

Adapun jika ingin menambahkan bisa saja ditambahkan diakhir kalimat, agar secara harfiyah aja serasi:

”Taqabbalallohu minna wa minkum, Shiyamana wa Shiyamakum. Ja’alanallohu Minal Aidin wal Faizin”. Artinya, “Semoga Alloh menerima amal-amal kami dan kamu, Puasa kami dan kamu. Dan semoga Alloh menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang”.

Ja’alanallohu : Berarti “Semoga Alloh menjadikan kita”.. sebagai tambahan untuk melengkapi, Minal Aidin wal Faizin yg mengambang tadi..

Sekedar tambahan, bagaimana jika kita ingin mengucapkan “mohon maaf lahir dan batin” dalam bahasa arab benar?

Salah satunya adalah “As-alukal afwan zahiran wa bathinan”. Atau “Kullu aam wa antum bikhair”, yang berarti “semoga sepanjang tahun Anda dalam keadaan baik-baik”.

Bagaimana sudah jelas sekarang. Jujur saya pun baru mengerti sekarang karena perlunya beberapa Referensi dan Kajian Ilmiah Serta bertanya ke ahlinya, tapi tidak apa-apa, lebih baik mengetahui terlambat daripada tidak sama sekali. Semoga sedikit ilmu ini bermanfaat. Aamiin Allohumma Aamiin Ya Mujibas Sa’ilin. Barokallohu’ fiikum, Kita tutup Tulisan ini dengan Do’a Kafaratul Majelis:

سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنِتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ

[Maha suci Engkau, Ya Alloh. Dan dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan haq selain Engkau, aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu], melainkan diampuni baginya dosa yang terjadi di majlis itu”. (HR. at-Tirmidzi).

حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير

” Hasbunalloh wa ni’mal wakiil ni’mal mawla wa ni’mannashiir ” (Penulis adalah Anggota ICMI Orda Kota Bekasi, Pengurus DDII Kota Bekasi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *