DAKWAH di lingkungan Muhammadiyah harus berani berubah. Dakwah mengusung nilai perubahan dari yang selama ini cenderung dikenal serius, menjadi lebih ringan tapi tetap berisi dan tak kehilangan esensi maupun substansi.
Penyampaian secara ringan dan adem atau sejuk bahkan pengemasan maupun bungkus yang mudah dicerna dan ditelaah namun tetap dalam koridor serius harus dilakukan secara bertahap.
Jamaah yang selama ini sudah menghadapi dinamika kehidupan pun–salah satunya dengan tingkat kesulitan hidup–janganlah malah disodori beban baru, berpikir atau bahkan cenderung marah kala atau setelah mengikuti pengajian.
Penceramah harus pandai ngemong atau menerapkan pola asah asih asuh jamaah [baca: warga masyarakat]. Jangan sampai datang ke pengajian namun malah bertambah beban hidup.
Interaksi dengan ustadz pengisi ceramah pun harus mulai sekarang diubah. Dari cenderung linier, kini mulai melibatkan keseharian mereka.
Teladan Ahmad Dahlan Menembus Ruang & Waktu
Kita sebagai pewaris nilai-nilai Muhammadiyah yang diteladankan Sang Pencerah sekaligus pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, harus mampu menerapkan teladan itu. Kapan pun. Siapa pun. Tak terbatas waktu. Tak berbatas ruang. Dakwah Muhammadiyah harus mampu menembus ruang dan waktu.
Ajaran dan teladan mulia Kiai Dahlan harus meresap dalam diri kita. Dengan ajaran-ajarannya, kita bakal mendapatkan teladan keikhlasan luar biasa.
Dari dulu hingga kini dan masa depan, teladan mulia KH Ahmad Dahlan tetap relevan. Takkan usang ditelan zaman.
Sebagaimana disampaikan dalam pengajian perdana periode kepengurusan baru ini. Jamaah menyerap ceramah, serta menghayati keikhlasan tatkala keluarga Ahmad Dahlan menjual barang-barang berharga serta barang-barang mahal pada zamannya. Memastikan dakwah Muhammadiyah supaya tetap terjaga.
Sikap seperti itu bahkan didukung penuh isterinya dengan keikhlasan luar biasa, hingga berlangsunglah dakwah Muhammadiyah. Dari kecil hingga membesar seperti sekarang ini.
Begitulah ringkasan isi Pengajian Pencerah yang digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Bekasi, khususnya oleh Majelis Tabligh, Ahad 21 Juli 2024 atau bertepatan 15 Muharram 1446 H.
Bertindak selaku penceramah Dr Muhammad Choirin Lc MUs yang merupakan Ketua Majelis Tabligh PDM Kota Bekasi.
Hadir sejumlah pimpinan seperti H Sriyono mewakili Ketua PDM Kota Bekasi, H Zahrul Hadiprabowo yang berhalangan hadir.
Kiat Dakwah
Pria kelahiran 1980 silam ini sehari-harinya adalah dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dia punya kiat yang menurutnya bisa diterapkan di lingkungan PDM Kota Bekasi.
Salah satunya adalah pengalamannya saat dulu mengikuti ceramah di masjid milik Persyarikatan Muhammadiyah Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.
Muhammad Choirin mengusulkan agar saat ceramah dilangsungkan, diharapkan para peserta membawa sendiri. Baik jagung rebus, kedelai rebus, atau rebusan-rebusan lainnya.
Dia menceritakan pengalaman empirisnya itu sambil akhirnya menggarisbawahi bahwa berdakwah dengan cara itu, PDM Kota Bekasi tak perlu keluar anggaran biaya.
Dalam ceramah yang berlangsung serius tapi santai itu, Muhammad Choirin sekaligus membawa perubahan yang didengungkan.
Ia memang membawa perubahan dalam cara berdakwah di lingkungan Muhammadiyah. Selain membangun interaksi dengan hadirin, dia juga supel dan adaptif saat menghadapi peserta kendati homogen, yakni para pengurus Muhammadiyah di berbagai level maupun jenjang di PDM Kota Bekasi itu. (Chandra)