HAMPIR di setiap kesempatan, selalu saja ada yang bertanya; Menurut Anda, siapa yang paling unggul di Pilkada Kota Bekasi 2024 ini? Pasangan Heri Koswara dan Sholihin, atau Tri Adhianto dan Abdul Harris Bobihoe, atau UU Saeful Mikdar dengan Nurul Suharmeni?
Saya selalu jawab, masing-masing pasangan calon ada plus dan minusnya. Jika pun mau berkomentar, paling hanya sebatas kemampuan saya sebagai jurnalis yang sudah saya geluti lebih dari separuh usia saat ini. Itu pun saya berani berkomentar karena saya sudah merasa asli sebagai warga Kota Bekasi. Di luar itu, ahh no comment lah !
Soal Heri Koswara, dia termasuk calon walikota Bekasi dari PKS. Heri merupakan sosok bersih yang boleh diacungi jempol. Dalam daftar kekayaan, Heri masuk daftar keempat terkaya yang semua didapat dari yayasan pendidikan dan selama menjabat sebagai anggota DPRD.
Sayangnya, dengan semua keunggulan ini, Heri Koswara lupa memanfaatkan kekuatan eksternal, misalnya jaringan wartawan Kota Bekasi. Heri, seperti kader PKS umumnya, teramat yakin kekuatan internal PKS akan mampu memenangkan dirinya. Jadi, tak ada itu kekuatan luar. Wallahualam.
Demikian juga Sholihin yang merupakan kader PPP. Kendati ditopang finansial yang memadai dan membuat Sholihin peringkat pertama terkaya dari lima calon lainnya, hingga kini pun ia belum memanfaatkan kekuatan media di Kota Bekasi.
Sholihin masih mengandalkan kekuatan internal. Tapi figur Sholihin, warga Madura ini termasuk sosok yang bersih dan tidak pernah terlibat dalam persoalan apapun. Maka dia memang pantas bersama Heri Koswara–putra Bekasi, sebagai pasangan calon walikota Bekasi dan calon wakilnya.
Sementara Tri Adhianto dari PDIP memang jadi figur tandingan yang boleh jadi terunggul di Pilkada Kota Bekasi. Siapa juga yang tak kenal Tri Adhianto, sosok mantan birokrat di Pemkot Bekasi. Tri unggul di semua lini.
Bahkan, dia sudah cukup lama menjalin kekuatan eksternal seperti dengan para sahabat jurnalis di Kota Bekasi, baik itu wartawan media cetak, online, dan juga televisi. Inilah keunggulan Tri Adhianto yang tidak dimiliki calon lainnya.
Sayangnya, Tri terkesan masih terganjal dengan berbagai kasus orang-orang yang ia tinggalkan di Pemkot Bekasi. Lagian, Tri bukanlah asli Bekasi.
Sedangkan Abdul Harris Bobihoe masih asing di telinga warga Kota Bekasi. Kader Gerindra ini pun masih jadi ganjalan Tri untuk masuk jadi wakilnya. Haris Bobihoe bukan warga Bekasi apalagi Jawa Barat. Makanya, Bobihoe harus susah payah door to door menyapa warga untuk mengenalkan sosok jati dirinya. Jadi, Tri dan Bobihoe sama sekali tak punya darah Bekasi.
Bagaimana dengan UU Saeful Mikdar yang diusung Partai Golkar? Dan Nurul Suharmeni dari Partai Nasdem? Hmm…keduanya masih terkesan adem ayem untuk menggunakan kekuatan internal dan eksternal. Padahal, dari sisi finansial, UU merupakan calon walikota terkaya kedua.
Sayangnya, UU meninggalkan Dinas Pendidikan dengan berbagai persoalan yang diduga kini mulai diselidiki aparat penegak hukum. Kalau Nurul, termasuk orang bersih karena dia dua kali menjabat Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Lantas, siapa pilihan Anda dari ketiga paslon ini di Pilkada yang berlangsung 27 November 2024? Terserah Anda, karena tidak ada dosa dalam memilih siapa pun. (Zulkarnain Alregar)