MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat mengadakan silaturahmi ba’da Idhul Fitri 1444 H dengan tema “Silaturahmi Idhul Fitri Mengokohkan Soliditas dan Solidaritas Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”. Tempatnya di Hotel Puri Khatulistiwa Jl Raya Jatinangor No 2 Cibeusi Kabupaten Sumedang, Rabu, 10 Mei 2023/ 19 Syawal 1444 H.
Acara ini dimulai dari 08.00 yang diawali dengan Istighotsah oleh KH Anis Mansur. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al- Qur’an dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Kemudian laporan ketua panitia Rafani Akhyar dan dilanjutkan sambutan- sambutan. Kemudian materi dari Bawaslu dan ditutup dengan doa.
Sambutan diawali Ketua Umum MUI Jabar Rachmat Syafe’i, kemudian dlanjutkan dari Dewan Pimpinan MUI Pusat, dan terakhir sambutan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum.
Adapun narasumber utama dalam acara ini dari Bawaslu ( Badan Pengawas Pemilihan Umum) Jabar dan Sekjen MUI Pusat, yang membahas tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pemilu 2024.
Salah satu pembahasan materi dalam silaturahmi ini adalah pandangan MUI Jabar terhadap praktik sholat Iedul Fitri 1444 H di Pondok Pesantren Al- Zaitun Indramayu. Syekh Panji Gumilang (Pimpinan Pondok Pesantren Al- Zaytun) menjelaskan bahwasanya madzhab yang dianut adalah Madzhab Ahmad Soekarno. Pernyataan ini menimbulkan kontroversi dan kegaduhan di kalangan masyarakat.
Pada Rabu, 3 Mei 2023, MUI Jabar mengadakan rapat pimpinan untuk merespon kasus tersebut. Hasil keputusan rapat MUI, disepakati untuk membuat tanggapan resmi secara tertulis yang memuat hal- hal:
a. Tanggapan dan pendapat MUI Jawa Barat tentang praktik sholat Idul Fitri 1444 H di Pondok Pesantren Al- Zaytun Indramayu, serta diperbolehkannya wanita menjadi Khotib shalat Jum’at dan sholat hari raya, juga tentang bermadzhab kepada Soekarno dalam urusan keagamaan.
b. Rekomendasi kepada Gubernur Jawa Barat untuk melakukan tindakan yang dianggap tepat demi terciptanya situasi Jawa Barat yang tetap kondusif.
Tamu undangan yang hadir dalam acara ini sekitar 150 orang lebih yang terdiri dari MUI kabupaten/kota, ormas- ormas Islam, kemenag, para pejabat, dan polda. Fungsi MUI dalam pemerintah yaitu sebagai sohibul hukumah (mitra strategis pemerintah) dan juga hubungan dengan umat yaitu khodimul umahat (pelayan masyarakat), dan semua itu bisa terlaksana ketika MUI hadir di tengah- tengah umat.
Tujuan dan maksud diadakan silaturahmi adalah memperkuat kasih sayang, saling menyukai dan menyadari untuk melaksanakan tugas pokok MUI. Tugas utama MUI yang pertama adalah menyatukan umat dalam aqidah dan syariah agar tidak menyimpang. Kedua menyatukan langkah dalam berdakwah dan juga memperkuat untuk menyatukan kekuatan ekonomi.
Dalam sambutan Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum mengatakan bahwa umat Islam tantangannya semakin berat. “Kita bisa merasakan bagaimana suasana keagamaan dan kebatinan umat Islam sebelum dan setelah reformasi. Setelah reformasi, paham- paham keagamaan semakin banyak sehingga kegundahan para kiyai hari ini semakin hebabat. Ini semua adalah tantang bagi MUI Indonesia,” ujarnya.
“Dan mengingatkan bahwa pemahaman keagamaan masyarakat hari ini semakin melemah, dengan wafatnya para kiyai dan tokoh- tokoh agama karena beliau wafat dengan ilmunya. Dibuktikan saat kita melaksanakan lomba membaca kitab- kitab semakin langkah para peserta yang ikut. Sedangkan Pondok Pesantren sangat banyak di Jawa Barat ini tetap yang mengikuti lomba hafal dan qiroat Al-Qur’an, dan pembacaan kitab hanya beberapa peserta. Padahal kami menyediakan hadiah mobil, umroh, dan puluhan juta. Tetapi keinginan minat sangat sedikit, inilah fenomenal diakhir zaman dan ini adalah tugas kita semua, umat butuh kiyai,” lanjutnya.
Ketua Panitia Rafani Akhyar mengatakan bahwa persiapan acara ini cukup panjang sejak awal ramadhan, karena ini adalah kegiatan rutin setiap tahun. Bahkan acara ini diawali dengan Istighotsah terlebih dahulu dan ini tradisi dari MUI kalau tidak diawali dengan khataman Al-Qur’an untuk mengharapkan keberkahan dan limpahan rahmat sehingga acara bisa berjalan dengan lancar dan tujuan dalam acara bisa tertuju.
“Tapi di MUI itu bukan hanya sekedar halal bi halal saja, kita biasanya menyisipkan satu materi yang dianggap penting untuk dibahas. Hari ini materinya tentang partisipasi masyarakat terhadap pengawasan pemilu dan narasumbernya dari Bawaslu, karena sebentar lagi mau pemilu, dan agar berjalan lancar, baik dan aman, MUI berharap supaya masyarakat ada partisipasi, pemilu itu bukan hanya tanggung jawab KPU, Bawaslu, dan pemerintah tetapi masyarakat juga ikut bertanggung jawab dan di situlah peran MUI mengajak masyarakat. Artinya ini menunjukkan apa yang disampaikan oleh MUI dianggap penting” ujarnya. (Fanni)