OJEK pangkalan yang merupakan salah satu transportasi tradisional sudah mulai ditinggalkan. Dulu selalu menjadi incaran masyarakat Indonesia, sekarang sudah mulai ditinggalkan. Perkembangan teknologi menjadi penyebab ojek online muncul dan membuat masyarakat berpindah haluan.
Pada Jum’at (12/5/2023) Iwan Simanjuntak selaku salah satu tukang ojek pangkalan di Jl Insinyur H Juanda mengaku, kebanyakan tukang ojek pangkalan menangis bangkrut karena pemerintah lebih memperhatikan ojek online dibandingkan ojek pangkalan. Iwan sudah mangkal dari sekitar jam 04.00 subuh hingga pukul 10.40 baru mendapatkan penumpang dua orang yang mana kedua penumpang tersebut membayar jauh di bawah tarif yang seharusnya.
“Dari jam 06.00 pagi sampai sekarang satu pun belum narik. Kalau saya dari jam 04.00 subuh baru dapat dua penumpang yang satu membayar Rp5.000 yang satu lagi membayar Rp10.000. Rata-rata penumpang juga ketakutan karena harganya mahal, sedangkan mereka berani mengasih Rp10.000,” ujar Iwan.
Walaupun biaya yang diterima jauh dari tarif yang seharusnya, Iwan tetap mengantarkan penumpangnya. Ia mengaku daripada tidak mendapatkan uang sama sekali, lebih baik ia menerimanya. Ia juga meminta kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan ojek pangkalan bukan hanya memperhatikan ojek online.
“Tolong perhatikan bapak pemerintah jangan ojek online aja yang diperhatikan tolong pangkalan juga diperhatikan,” lanjutnya.
Abdul Soni yang juga merupakan tukang ojek pangkalan mengatakan bahwa dalam sehari mendapatkan Rp50.000 hingga Rp80.000. Untuk tarif pun tidak memiliki patokan harga. Hanya paling kecil Rp10.000. Soni juga mulai magkal dari jam 06.00 pagi hingga 22.00 malam.
“Paling tuh dapetnya Rp50.000 sehari. Kalau lagi agak ramai paling Rp80.000,” ujar Abdul Soni. (Amanda)
Ojek Pangkalan yang Sudah tidak Diperhatikan Pemerintah
