JAKARTA, KORANBEKASI.ID – Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang melimpah, tetapi juga salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang lamban. Apa penyebabnya?
Dr Legisan S Samtafsir, penulis buku “Politik Pembangunan Dunia Muslim: Studi Perbandingan Politik Asosiatif Indonesia dan Turki Era Pasca Perang Dingin”, mengkritisi paradigma politik ekonomi yang dianut oleh Indonesia, yaitu asosiatif ekstraktif.
Paradigma asosiatif ekstraktif, menurut Legisan, adalah paradigma yang mendekat kepada kekuatan ekonomi global tanpa memperhatikan kepentingan domestik.
Paradigma ini menyebabkan surplus ekonomi Indonesia mengalir keluar negeri melalui pintu-pintu seperti perdagangan luar negeri, investasi asing, dan hutang luar negeri yang tidak diatur dengan baik.
“Indonesia itu lamban dalam pembangunan karena surplus ekonominya mengalir keluar negeri. Ini disebabkan oleh pintu-pintu seperti perdagangan luar negeri, investasi asing, dan hutang luar negeri yang tidak diatur dengan baik. Akibatnya, pasar dalam negeri tidak terproteksi dan produk dalam negeri tidak bersaing,” ujar Legisan dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul, Bekasi, Selasa (31/10/2023).
Legisan menyarankan agar Indonesia mengubah paradigma pembangunannya menjadi disosiatif inklusif, yaitu menerapkan pola proteksi yang terbuka. Artinya, Indonesia tetap terbuka kepada kekuatan ekonomi global, tetapi juga memberikan proteksi yang lebih besar bagi pelaku usaha lokal dan masyarakat.
“Indonesia harus meningkatkan industrialisasi dalam negeri, terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Indonesia juga harus menghentikan deindustrialisasi yang terjadi dalam 10 tahun terakhir. Selain itu, Indonesia harus memperkuat pemberdayaan masyarakat lokal agar dapat memanfaatkan kekayaan alamnya untuk kesejahteraan,” tutur Legisan.
Penulis juga membandingkan paradigma politik ekonomi Indonesia dengan Turki, yang menurutnya lebih berhasil dalam pembangunan karena menerapkan paradigma disosiatif inklusif. Penulis menjelaskan bahwa Turki mampu melakukan industrialisasi dan diversifikasi ekonominya dengan melindungi pasar domestiknya dari dominasi kekuatan ekonomi global.
“Turki itu berhasil dalam pembangunan karena surplus ekonominya mengalir ke dalam negeri. Ini disebabkan oleh pintu-pintu seperti perdagangan luar negeri, investasi asing, dan hutang luar negeri yang diatur dengan baik. Akibatnya, pasar dalam negeri terproteksi dan produk dalam negeri bersaing,” kata Legisan.
Buku ini merupakan hasil dari disertasi doktoral penulis yang membahas tentang politik pembangunan di dunia Muslim. Buku yang dirilis pada 2022 ini mendapat apresiasi dari Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Prof Erman Anom, yang mengatakan bahwa diskusi tentang buku ini merupakan salah satu bentuk kegiatan akademik yang penting untuk meningkatkan kualitas dosen . Nantinya, hasil diskusi yang digelar Dwi mingguan itu akan dituangkan dalam bentuk buku.
” Saya juga berharap diskusi seperti ini dapat terus dilakukan oleh dosen-dosen kita untuk menunjukkan kontribusi mereka kepada masyarakat,” kata Prof Erman Anom.
Acara bedah buku ini mendapat tanggapan positif dari para peserta. Mereka mengapresiasi karya ilmiah Legisan yang memberikan pencerahan tentang politik pembangunan di dunia muslim. Mereka juga mendukung ide dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul yang mendorong dosen-dosen untuk menulis buku berdasarkan kajian akademis. (Pra)