RAMADHAN menjadi momentum dan media untuk kembali pada pengikisan (pensucian) segala kekeliruan, kesalahan, dan bentuk tindakan masa-masa lampau (baca; 11 bulan). Ramadhan juga sebagai bulan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dan keimanan setiap individu.
Lembaga Pengembangan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LP AIK) dan Kemahasiswaan Institut Bisnis Muhammadiyah (IBM) Bekasi menyelenggarakan rangkaian program Kajian Ramadhan setiap hari Jumat dan Sabtu/Ahad bada shalat Subuh (pukul 05.30-07.00 WIB) via Zoom Meeting. Ini berarti selama Ramadhan dilaksanakan sebanyak 6 kali kajian.
Kepala LP AIK dan Kemahasiswaan IBM Bekasi, Azwar Kholid saat dikonfirmasi menyatakan bahwa maksud dan tujuan diselenggarakannya Kajian Ramadhan 1445 ialah untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt, di bulan Ramadhan antara lain, agar sivitas akademika memahami dan mengamalkan nilai-nilai Islam dengan lebih baik.; Mempererat silaturrahmi antar sivitas akademika IBM Bekasi; Menyediakan wadah bagi civitas akademika IBM Bekasi untuk belajar dan berdiskusi tentang berbagai aspek Islam, dan Meningkatkan semangat ibadah di bulan Ramadhan.
Lebih lanjut Azwar menjelaskan Kajian Ramadhan diperuntukkan bagi sivitas akademika baik dari struktural, dosen, karyawan maupun mahasiswa IBM Bekasi. Adapun Narasumber selama 6 hari telah terjadwal dengan mengundang Dosen/Struktural IBM Bekasi.
Kajian Ramadhan 1445 H mengangkat tema-tema kekinian seperti Menghadapi Tantangan Aqidah di Era Digitalisasi; Membangun Integritas dengan Akhlak Mulia; Mengoptimalkan Ibadah di Bulan Ramadhan; Meneguhkan Moderasi Keberagamaan; Pemikiran dan Gerakan Muhammadiyah; dan Membangun Karakter Geneasi Muda Berkemajuan.
Muhammadiyah dan Penetapan Puasa Ramadhan
LP AIK mengawali kegiatan Kajian Tarhib Ramadhan (Sabtu, 9/3/2024) dengan mengundang narasumber dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yakni Ghofar Ismail dengan materi Meraih Keberkahan Ramadhan dengan Semangat Berkemajuan. Ghofar menjelaskan bahwa Muhammadiyah menetapkan puasa Ramadhan pada hari Senin, 11 Maret 2024 M bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1445 H.
Penjelasan Ghofar mengacu pada Ketetapan ini dimaktubkan dalam Surat Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1445 H. Surat ini berlaku bagi warga Muhammadiyah atau masyarakat yang ingin mengawali berpuasa sebagaimana yang telah ditetapkan Muhammadiyah.
Dalam paparan materinya, Ghofar menginformasikan bahwa Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) terus berupaya untuk melakukan perubahan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada (baca: perbedaan hari raya Islam belahan dunia, termasuk Indonesia). MTT salah satunya dengan membuat Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Sebagai tahapan awal telah di sosialisasikan dan seminarkan kepada Pengurus Wilayah dan Daerah Muhammadiyah maupun Aisyiyah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Medan dan Mataram.
Tujuan KHGT ini dibuat secara universal dengan satu hari satu tanggal di seluruh dunia sehingga tidak ada lagi perbedaan arah kiblat, waktu salat, hari raya, hingga penentuan awal bulan hijriah. Adapun terkait semangat berkemajuan di lingkungan Muhammadiyah, Ghofar menerangkan cukup jelas, lugas, gamblang, rasional dan ilmiah.
“Pendekatan sebagai sumber kebenaran yang menjadi landasan gerakan Muhammadiyah tidak hanya pendekatan bayani (wahyu/teks), burhani (akal/ilmu), Muhammadiyah melengkapinya dengan irfani (hati/rasa_intuisi). Dari pendekatan ketiganya ada pada titik temu keseimbangan yaitu Intellectual Literacy, Inter-personal Literacy, dan Moral Literacy. Memajukan berarti menghidupkan, mencerahkan, dan berkemajuan” tandas Ghofar.
Pemahaman Aqidah dan Ideologi Muhammadiyah
Sementara itu, pada sesi berikutnya, Rektor IBM Bekasi, Jaenudin mengisi Kajian Ramadhan (Jum’at, 15/3/2024) dengan tema Menghadapi Tantangan Aqidah di Era Digitalisasi. Ia menjelaskan bahwa eksistensi Aqidah yang telah melekat, kokoh dan terjaga pada setiap hati, jiwa dan prilaku individu muslim dan muslimah tidak boleh ada pergeseran seiring perkembangan teknologi (baca: medsos, digitalisasi).
Lebih lanjut Jaenudin, menjelaskan bahwa sisi positif teknologi digitalisasi dapat dimanfaat untuk belajar, menjelajah dunia dengan berbagai fitur atau aplikasi yang tersedia sehingga menjadi ilmu pengetahuan–wawasan, namun tidak menjadi pengkultusan, mesti difilter dengan baik dan bijak. Sisi negatifnya disalahgunakan dalam kemunkaran (penipuan, perjudian, tayangan-tanyangan yang dapat meruntuhkan mentalitas) dan lain-lain.
“Akidah Islam tercermin dalam rukun Iman (iman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, hari akhir, qadha’ dan Qadar). Esensi akidah Islam adalah tauhid, diformulasikan dalam dua kalimat syahadat: asyhadu an la ila illa Allah; wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Menurut Syekh Muhammad Abduh, Ilmu suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya,” urai Jaenudin.
Output dari kegiatan Kajian Ramadhan yaitu peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT; peningkatan rasa cinta kepada Islam dan Persyarikatan; Peningkatan akhlak mulia; dan peningkatan semangat ibadah.
Kaitannya Kajian Ramadhan dengan penguatan Ideologi Muhammadiyah adalah Memperkuat pemahaman tentang Islam (landasan utama bagi pengamalan Ideologi Muhammadiyah); Meningkatkan iman dan takwa (mengamalkan Ideologi Muhammadiyah dengan penuh semangat); dan Menumbuhkan semangat amal (pilar utama Ideologi Muhammadiyah) di kalangan sivitas akademika IBM Bekasi.
“Semoga segenap sivitas akademika IBM Bekasi dapat memanfaatkan kesempatan Kajian Ramadhan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan, amalkan ilmu yang diperoleh dengan sebaik-baiknya, sebarkan ilmu yang diperoleh kepada orang lain; Jadilah Muslim yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan berkemajuan,” pesan dan harapan Azwar.(Yoni Haris Setiawan, UPT Perpustakaan dan Publikasi Digital IBM Bekasi)