KEMARIN aku hadir di aksi demo menolak pemilu curang di depan kantor KPU Jl Agussalim Jakarta Pusat.
Aku terharu melihat tokoh yang naik di mobil komando. Mereka pada umumnya sudah usia lanjut yang sudah lama pensiun.
Tdk seharusnya mereka turun aksi mengurusi negara ini. Mereka seharusnya tinggal menikmati masa pensiun dan mendekatkan diri kepada Allah agar di akhirnya hidupnya husnul khotimah.
Tapi yang aku saksikan yang hadir pada aksi Demo, senin 17 Maret, adalah banyak orang orang pensiunan, sudah ubanan, dan terlihat kulitnya sudah keriput.
Aku sengaja memoto mereka yg sudah ubanan tapi masih lantang menyuarakan kepedulian terhadap bangsa dan negara yang menurut mereka sudah diambang kehancuran.
Aku lihat mantan Danjen Kopasus Sunarko yang tak bisa lagi naik ke mobil komando dan ia tepaksa berorasi di samping mobil komando.
Aku juga melihat Jend TNI Marinir Suharto, yg di era reformasi tahun 1998 memberikan jaminan keselamatan kepada mahasiswa saat demo di gedung DPR. Ia terlihat sudah sepuh, tapi semangatnya untuk bela negara masih menyala nyala.
Selain itu ada Marwan Batubara, Refli Harun. Dan sejumlah Purnawirawan baik dari TNI maupun Polri.
Yang mengundang perhatian publik adalah seorang ibu naik naik ke mobil komando. Ibu yang sudah renta itu orasi berapi api dan terkadang nyaris menangis saat materi menyangkut masa depan bangsa yg tidak menutup kemungkinan akan dianeksasi Cina dan ummat Islamnya bernasib seperti umat islam Uighur.
Entah kemana tokoh tokoh muda, pengusaha, para profesional. Kok membiarkan orang orang yang sudah sepuh berjuang menyelamatkan negerinya dari cengkraman oligarki.
Kemana mahasiswa, kemana tokoh politik, yang lantang bersuara, kemana ormas pemuda, kemana ormas Islam, kemana itu umat islam pendukung Anies yang waktu kampanye di JIS berjubel.
Padahal aksi itu adalah aksi yang teramat penting untuk menyelamatkan bangsa dan negara.
Aksi itu, juga bertujuan untuk menyelamatkan hak suara mereka dari pencurian dan manipulasi perhitungan suara di KPU.
Mudah mudahan hari ini, Selasa 18 Maret, aksi demo di depan DPR tidak lagi membiarkan para orang tua yang sepuh tampil berjibaku di depan gerbang DPR untuk menyampaikan orasinya.
Warga Muhammadiyah tak membiarkan Din Syamsudin berjuang tanpa kehadiran warga Muhammadiyah. Mengapa ada seruan khusus ke warga Muhammadiyah karena Din Syamsudin juga mantan Ketua PP Muhammadiyah.
Semoga aksi hari ini membuahkan hasil. Tuntutan utk memakzulkan Jokowi berhasil dan Ketua dan komisioner KPU yang dinilai telah gagal melaksanakan Pemilu yang jujur, adil, bebas dan rahasia. (Imran Nasution, Wartawan Senior)