“KESEMPATAN tidak datang dua kali!” Begitu kata pepatah kuno. Pepatah itu juga yang membawa Manny Pacquiao menjadi Super Star dan menempati posisi ketiga petinju terkaya zetelah Floyd Mayweather Jr dan George Foreman.
Kekayaan bersihnya setelah Pilpres Filiphina tahun lalu, sebesar 163 juta dolar setara Rp 2,5 triliun. PacMan julukan petinju asal Kibawe, Bukidnon, Filiphina itu menghasilkan semuanya dari kiprahnya di dunia tinju. Tepatnya setelah ia memperoleh kesempatan tak terduga.
Sabtu, 23 Juni 2001, menjadi titik awal Pacquiao melompat ke-“langit”. Baru dua minggu berada di the Wild Card Gym, Hollywood, milik Freddie Roach, pelatih kondang, tiba-tiba ia diminta mempersiapkan diri untuk menggantikan Martinez yang cedera.
Ya, hanya dua minggu dan belum betul-betul berlatih di bawah Roach, PacMan untuk pertama kali tampil MGM Grand, Las Vegas, Nevada. Usianya baru 22, PacMan menyambut positif tantangan berat itu.
Lehlohonolo Ledwaba, ada juara dunia IBF, kelas Super Bantamweight, bukan juara biasa saja. Sudah dua tahun jadi juara dengan lima kali mempertahankan gelar. Hebatnya empat laga disudahi dengan KO/TKO. Selain itu petinju Afrika Selatan itu pun sudah delapan tahun tidak pernah kalah. Bob Arum bos Top Rank juga sedang menimang-nimangnya untuk membayangi anak emas Bob, Oscar De La Hoya.
Now or Never, sekarang atau tidak sama sekali, itu semboyan Manny Pacquiao. Maka, laga itu ia sudahi dengan kemenangan TKO-6. Itulah titik awal terbang ke langitnya prestasi Pacquiao.
Pertanyaannya, mungkinkan Fundoro bisa mengikuti jejak petinju asal Filiphina itu? Ini yang menarik untuk didalami.
Seperti PacMan, Fundoro juga menjadi petinju pengganti. Bedanya, Fundora sebetulnya sudah dijadwal untuk kejuaraan dunia Super welterweight WBC yang lowong karena gelar Jermell Charlo dicopot.
Lawan yang ditunjuk Serhii Bohachuk, peringkat dua dalam daftar penantang. Tapi batal karena Keith Thurman lawan Tim Tszyu cedera, maka digantikan oleh Fundora. Waktu yang tersisa juga sama dengan Pacquiao vs Ledwaba, sekitar dua mingguan.
Swarmer
Meski memiliki postur yang sangat jangkung, 197 cm, ternyata tidak membuat Fundora berkendala dalam bertarung jarak dekat. Kombinasi hook dan uppercut nya memiliki speed dan power prima.
Catatan: Gaya Swarmer yang ditampilkan biasanya dimiliki oleh petinju bertubuh pendek dengan hight indurance (ketahanan fisik yang tinggi), seperti Mike Tyson. Gaya ini menekan dan melancarkan pukulan uppercut dan hook secara ‘membabi-buta’.
Hal itu terlihat jelas saat ia mengalahkan Erickson Lubin dalam perebutan gelar vacant Light Middleweight di Virgin Hotel, Las Vegas Paradise, Nevada USA (9/4/2022). Laga itu pun dinobatkan sebagai fight of the year versi PBC (Prime Boxing Champion) dengan bosnya Al-Haymon.
Meski demikian, kelemahan yang mencolok dimiliki oleh the Towering Inferno ada double covernya tidak terlalu kokoh. Saat bertemu dengan Lubin, Fundora sempat terjatuh karena lambat memblok pukulan balasan lawan.
Itu juga yang membuat petaka, Fundora kalah KO-7 dari Brian Mendoza. Sedang asyik menggempur Mendoza, tiba-tiba hook kiri lawan mendarat di rahang kanan Fundora yang terbuka. Kakak dari juara dunia IBF Flyweight, Gabriel Fundora itu langsung goyah.
Mendoza, petinju asal New Mexico itu tak memberi kesempatan pada Fundora. Ia langsung menyergap dengan beberapa pukulan, robohlah Menara Inferno itu.
Nah, jika hal ini masih akan terjadi, maka Fundora dipastikan tidak akan bisa mengikuti jejak Pacquiao. Namun, jika sang ayah yang juga menjadi pelatihnya menemukan resep jitu, bukan tidak mungkin Fundora akan bisa melesat tinggi. Itu pun jika Tim Tszyu gagal menampilkan performa terbaiknya. Tapi, jika petinju Australia yang juga juara bertahan tampil maksimal, Fundora akan sulit.
Untuk itu, jangan lewatkan tayangan tvone, Ahad, 31 Maret 2024, mulai jam 09.00. Laga besar yang telah dinantikan hasilnya oleh juara super dari WBO, Terrance Crawford. (M Nigara, Wartawan Tinju Senior, Komentator tvOne)