ASSALAMUALAIKUM WR WB, ijin aku menyampaikan kegelisahan ku seputar koalisi PKS dengan PSI. Setahu saya PSI itu sejak berdiri secara terus menerus menyerang Islam, merendahkan ulama, asatidz lewat pernyataan pemimpin PSI seperti Grace Natalie. PSI dengan kekuatan lobby-nya ke PDI dan Presiden telah berhasil memengaruhi kebijakan presiden untuk menolak Perda Syariah.
Atas lobby PSI dan PDI akhirnya Presiden mengeluarkan Kepres untuk membatalkan semua Perda bernuansa syariat Islam Kita memahami kegundahan Presiden PKS dan seluruh pimpinan yang merasa tak nyaman dengan sikap partai koalisi yang menolak pencalonan Gubernur Jakarta Anis Baswedan dengan Sohibul Iman, dengan cara yang menyakitkan.
Kita tahu PKS sudah sering dizalimi, termasuk saat Sandiago Uno mundur dari jabatan wakil Gubernur Jakarta karena beliau mencalonkan diri untuk wakil presiden. Saat itu PKS berharap pengganti dari PKS. Diusulkanlah sejumlah nama, tapi justru pengganti Sandiago bukan dari PKS melainkan dari Gerindra.
Meski demikian PKS tetap bersabar dan bahkan tetap mendukung pencalonan Anies Baswedan sebagai calon Presiden. Bahkan termasuk partai yang berjibaku memenangkan capres Anies Baswedan.
Lalu, apakah sakit hati PKS harus mengorbankan idealisme yang telah dibangun bertahun tahun, hanya persoalan pragmatis untuk membalas sakit hati lalu mengabaikan perasaan para pendukung PKS yang tak masuk dalam struktur?
Lalu, kenapa berkoalisi dengan PSI yang seluruh kemampuannya telah digunakan untuk merobohkan perjuangan kader-kader PKS yang telah berjibaku meloloskan Perda Syariah yang diusulkan pendukung pemilih PKS di daerah-daerah?
Kalau mau koalisi kenapa tidak sekalian dengan PDI yang jelas- jelas punya kursi di DPR RI, atau dengan partai lain seperti Golkar, Demokrat, Gerinda, PKB dan Nasdem. Saya sangat menyesalkan sikap PKS yang berkoalisi fengan PSI. Seharusnya PKS bisa menahan diri tak terburu-buru melakukan koalisi dengan PSI.
Oposisi yang dilakukan PKS sudah berada pada jalur yang benar. Ingat, PDI hampir 20 tahun beroposisi dengan Orde Baru, mereka ditekan, dikecilkan, dipecah belah. Tapi PDI tetap berdiri tergar sebagi oposisi, hingga jatuh pemerintah orde baru. Dan jadilah ia pemenang.
PDI yang sekarang kita saksikan tak ujug- ujug besar, tapi lewat perjuangan. Hemat saya PKS tetap berada pada posisi oposisi. Tak perlu koalisi dengan PSI yang sering menyerang kepentingan Islam.
Bukankah PKS besar bersama umat Islam?
Mungkin saran saya ini tak bernilai di mata ketua. Tapi ini, sebagai bukti kecintaan saya kepada PKS saya sampaikan pikiran ini. Semoga menjadi pertimbangan.kalaupun tidak jadi pertimbangan, paling tidak tugas saya sebagai simpatisan PKS sudah saya sampaikan.
Bekasi 13 Juli 2024
Imran Nasution