Ling Tien King, dari Terapi Kesehatan, Berwadah Mpet-Mpet Surabaya, Sampai Eltekers Indonesia

Opini681 Dilihat

Oleh Ir H. Anies Helmi Djamil MM dan H Habsul Nurhadi SE MA  

(Pegiat Eltekers Indonesia Sejahtera)

 

PASCA cedera otot kaki yang cukup parah sewaktu mengikuti kejuaraan lompat jauh dan kejuaraan lari cepat (sprint) pada ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-V di Bandung tahun 1961, telah memaksanya berhenti dari dunia atletik. Namun kejadian itu tidak membuat Fu Long Swie (Awiek Wijaya) atlit asal Surabaya, Jawa Timur, (kelahiran Singaraja, Bali, 1935) menjadi terpuruk dan hanya berpangku tangan pasrah menyerah pada keadaan saja. Melainkan ia terus memompa semangat diri untuk bangkit, dan menggunakan waktu-waktunya untuk berikhtiar menekuni upaya-upaya penyembuhan atas cedera kakinya. Antara lain membaca buku-buku ilmu pengetahuan modern tentang biologi dan kedokteran maupun buku-buku pengetahuan kuno. Sampai kemudian Awiek Wijaya menemukan formula gerakan Ling Tien Kung sebagai gerak terapi kesehatan, yang banyak terinspirasi dan menyerap unsur filosofi dari ilmu kesehatan Tiongkok klasik.

Ling Tien Kung merupakan sebuah terapi yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit apabila dilakukan secara rutin dan benar, serta bersungguh-sungguh. Ling Tien Kung bukanlah olahraga senam, melainkan terapi yang melatih tubuh untuk melakukan gerakan yang membuat pengisian ulang energi kehidupan. Gerakannya sederhana tetapi efektif dan dapat dilakukan oleh orang dari berbagai usia. Awiek Wijaya, penemu Ling Tien Kung berkeyakinan bahwa tubuh manusia itu sebetulnya mempunyai sumber energi kehidupan yang tak pernah padam, yang menjadi power supply bagi organ-organ tubuhnya. Bila organ tubuh itu mempunyai cukup energi, dan tegangannya baik, maka organ tubuh itu akan berfungsi dengan baik, dan tubuh seseorang itu menjadi sehat.

Ibarat aki mobil, tubuh manusia pun menghasilkan arus listrik atau setrum. Arus itu terjadi karena adanya tegangan antara kutub positif (anoda) pada anus dan kutub negatif (katoda) pada pusar. Otot-otot di sekitar anus memegang peran penting karena menjadi pengikat energi. Semakin tua usia seseorang, maka otot-ototnya akan mengendur, sehingga energi yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi organ tubuh menjadi drop, dan mulai mudah dimasuki berbagai penyakit. Namun kalau aki tubuhnya dicas, maka tubuh pun akan kembali penuh energi.

Awiek Wijaya mulai berikhtiar mencari upaya penyembuhan sejak mengalami cedera kaki pada tahun 1961, dan baru menemukan formula terapi kesehatan Ling Tien Kung pada tahun 1985, atau setelah dua puluh empat tahun berjuang. Kemudian sejak tahun 1985 Awiek Wijaya mencoba menyusun gerakan-gerakan berdasarkan prinsip anoda dan katoda, atau prinsip cas aki itu, dengan melalui proses revisi sampai tercipta gerakan terapi kesehatan Ling Tien Kung yang kita kenal sekarang. Awiek Wijaya pun mencoba mempraktekkan untuk kesehatan dirinya. Syukurlah, penyakit-penyakit di dalam badannya akhirnya hilang. Bahkan, Awiek Wijaya yang setelah bertahun-tahun tidak bisa berlari, kemudian bisa lari kembali, dan mampu mengajak uji lari dengan anak-anak muda.

Ling Tien Kung mulai diperkenalkan kepada masyarakat sejak bulan Agustus tahun 2004, yang ditandai dengan mulai adanya latihan perdana di areal perumahan Central Park di Mulyosari, Surabaya, yang hanya diikuti oleh sekitar 30 orang. Baru pada 20 November 2005 Awiek Wijaya menggelar jambore “The Sweet Show of King Tien Kung” di areal parkir Galaxy Mall, Surabaya, yang diikuti oleh berbagai sasana Ling Tien Kung di Surabaya dan sekitarnya, dengan jumlah peserta mencapai sekitar 2.500 orang.

Awiek Wijaya tidak pernah promosi, tidak pernah mengajak orang untuk ikut berlatih terapi kesehatan Ling Tien Kung. Para peserta latihan umumnya datang sendiri karena diberitahu oleh teman-temannya. Sebagian besar orang yang datang latihan itu kebanyakan membawa penyakitnya sendiri-sendiri. Setelah mereka rajin berlatih, dan gerakan-gerakannya benar, Awiek Wijaya optimistis bahwa berbagai penyakit para peserta latihan akan hilang.

Berwadah “Mpet2” Surabaya

Dalam perjalanan waktu, Awiek Wijaya membentuk sebuah wadah bernama “Mpet²” di Surabaya pada tahun 2010, yang salah satu tugasnya adalah mengadakan program pelatihan instruktur. Pada tahun 2014 wadah ini dicatatkan secara resmi ke Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Provinsi Jawa Timur. Sebagaimana dinyatakan sendiri oleh Awiek Wijaya, bahwa wadah Mpet2 ini bukanlah suatu bentuk 0rganisasi. Pernyataan Awiek Wijaya ini juga tertulis dalam buku “Ling Tien Kung” karyanya, yang diterbitkan oleh Penerbit Insan Cendekia, Surabaya, Cetakan ke-IV (1 April 2019), khususnya pada halaman 143. Salah satu tugas instruktur adalah untuk menyebar-luaskan ilmu Ling Tien Kung kepada masyarakat luas yang membutuhkan.

Menurut Awiek Wijaya, instruktur dan masyarakat pegiat Ling Tien Kung adalah bagaikan sebuah “Keluarga Besar Ling Tien Kung”. Ia meminta kepada seluruh jajaran keluarga besar Ling Tien Kung di manapun berada untuk menyebar-luaskan ilmu Ling Tien Kung ini kepada masyarakat luas yang membutuhkannya, sehingga jangan sampai ilmu ini hanya berhenti pada diri para instruktur saja. Ling Tien Kung ini adalah gerak terapi, bukan senam, dan merupakan sebuah kegiatan sosial, yang berada di mana-mana namun tidak boleh dibawa ke mana-mana (ke arah SARA dan politik).

Satu hal yang juga dicita-citakan oleh Awiek Wijaya adalah berupaya untuk membuka jendela dunia melalui penyebaran ilmu Ling Tien Kung. Sehingga oleh karenanya, keluarga besar Ling Tien Kung diharuskan selalu guyub, bersatu, dan berlandaskan falsafah “bhinneka tunggal ika”. Semoga saja gerakan terapi Ling Tien Kung ini terus berkembang dalam menyebarkan kebaikan bagi seluruh kalangan usia, baik tua maupun muda.

Berwadah “Eltekers Indonesia”

Keberadaan Ling Tien Kung di “Jabodetabek” sesungguhnya sudah mulai ada di Tangerang sejak tahun 2011, namun tidak berkembang. Kemudian baru bisa lebih berkembang sejak tahun 2017, dengan Ganie Notowijoyo selaku Ketua Koordinator Jabodetabek. Istilah Eltekers (awalnya tertulis: LTK’ers) sesungguhnya juga sudah ada sejak tahun 2017 itu, sebagai “brand” (para pecinta Ling Tien Kung: eltekers), khususnya di wilayah Jabodetabek.

Melihat perkembangan Ling Tien Kung di Jabodetabek, kemudian memunculkan keinginan Awiek Wijaya semasa hidupnya untuk bisa mem-“putih-biru”-kan Lapangan Monas di Jakarta. Maksudnya, agar lapangan Monas dapat dipenuhi oleh para peserta untuk menggelar latihan bersama terapi Ling Tien Kung, dengan mengenakan seragam “putih-biru”. Hal ini dimaksudkan sebagai salah satu pertanda upaya Ling Tien Kung untuk melangkah membuka jendela dunia, melalui “Monas”.

Namun Awiek Wijaya sudah keburu meninggal dunia di Surabaya pada 8 Januari 2019, sehingga tidak sempat menyaksikan pewujudan keinginannya untuk menggelar acara pelatihan instruktur Ling Tien Kung tingkat nasional dan acara gebyar ulang tahun spesial Ling Tien Kung ke-14 di lapangan Silang Monas, Jakarta, karena acaranya baru diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 2019. Acara yang digelar secara nasional ini, dengan Ketua Panitia Brigjen TNI Marinir Widodo Dwi Purwanto telah berlangsung secara sukses, dan dihadiri kurang lebih 5.000 orang dari seluruh Indonesia.

Selanjutnya, pada 7 Juli 2024 kembali Jabodetabek mengadakan gebyar acara latihan bersama Ling Tien Kung di lapangan Silang Monas, Jakarta, dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-5 Ling Tien Kung Koordinator Jabodetabek, di bawah pimpinan dokter Achmad Mediana, yang dihadiri lebih dari 5000 orang, dengan Ketua Panitia Kolonel TNI Marinir M. Hasyim Ashari.

Brand Eltekers yang sudah ada sejak tahun 2017 dan kemudian diperkenalkan dalam bentuk merchandise pada waktu Rakornas di Surabaya 28 Oktober 2023 itu rupanya telah mengusik pihak Surabaya. Sehingga secara sepihak Surabaya mencabut SK Kordinator Otonom Jabodetabek tanpa melalui mediasi/dialog, walaupun sudah diupayakan. Namun hal ini tidak menjadikan suatu masalah bagi para Eltekers Jabodetabek, karena niatnya adalah untuk melaksanakan pesan Awiek Wijaya, dalam menyebarkan ilmu Ling Tien Kung kepada masyarakat luas.

Sehingga kemudian di Jakarta secara resmi lahirlah sebuah wadah baru bernama Perkumpulan “Eltekers Indonesia Sejahtera” yang dinotarialkan pada tanggal 17 Agustus 2024, dan dideklarasikan di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 2024, dalam rangka mewujudkan cita-cita Awiek Wijaya untuk menyebarkan ilmu Ling Tien Kung di muka bumi dengan membuka jendela dunia.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, meridhoi niat dan usaha kita semua. Aamiin. Jakarta, 28 Oktober 2024.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *