Nanik S Deyang, Kritisi Megawati Sampai Jadi Orang Kepercayaan Prabowo Atasi Kemiskinan

Umum971 Dilihat

NANIK Sudaryati yang akrab dipanggil Nanik Deyang, dipercaya Presiden Prabowo Subianto untuk membantu melakukan pekerjaan berat yakni mengatasi kemiskinan di Indonesia. Bersama Budiman Sujatmiko sebagai kepala, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 145/P Tahun 2024 tentang Pengangkatan Kepala dan Wakil Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, Nanik dipercaya menjadi wakil ketua I dan Iwan Sumule sebagai Wakil II.

Tugas Utama Naniek Deyang yang dikenal sebagai jurnalis senior, diharapkan mampu mengurangi bahkan me-nolkan kemiskinan di negeri ini.

Apa itu bisa? Tatang Suherman, salah seorang teman Naniek Deyang ketika masih menjadi wartawan meyakini bahwa Deyang akan mampu mengemban tugas berat itu. “Saya kenal beliau, orangnya sangat ulet, konsisten dan memiliki komitmen tinggi terhadap kewajiban atau tugas yang diembanya,” katanya.

Ketika masih jadi wartawan, Deyang yang mewakili harian Surya di Persda (Gabungan Koran koran daerah di bawah kelompok Kompas Gramedia) di Jakarta, Dia bertugas di bidang ekonomi. Berita-berita yang dia bikin selalu menempati berita utama di koran-koran daerah termasuk yang diwakilinya yakni Harian Surya.

“Dia pewarta ekonomi yang handal, berita beritanya selalu update sehingga tidak kalah oleh media media lain,” kata Tatang, yang mengaku sewaktu sama- sama satu kantor di Jalan Palmerah Barat, ditugaskan menjadi wartawan olahraga.

Wanita kelahiran Madiun, Jawa Timur pada 3 Januari 1968 ini menurut Tatang, adalah wartawan yang menonjol diantara teman-temanya. “Ketika kami masih ke lapangan menggunakan sepeda motor inventaris kantor, Mbak Deyang sudah naik mobil Suzuki Jimny warna putih. Dia ke lapangan sudah wara wiri dengan menggunakan mobil,” ujarnya.

Sejak mundur dari Kompas Gramedia dan membikin media sendiri bersama jurnalis senior dari Kompas (waktu itu) Valens Doy, Nama Deyang makin berkibar. Sejumlah jabatan dipegangnya seperti menjadi Pemimpin Umum di percetakan majalah khusus “Femme”, Direktur Utama di tabloid wanita “Info Kecantikan”, dan Komisaris di tabloid “Info Kuliner”, tabloid ekonomi bisnis “Peluang Usaha”, serta tabloid umum “The Politic”.

Sebagai jurnalis, ia pun memiliki reputasi yang kritis terhadap berbagai isu sosial, politik, dan ekonomi. Naniek Deyang rajin menulis yang berisi tulisan yang mengkritisi berbagai soal pemerintahan, sosial dan politik.

Tiba- tiba beberapa tahun ke belakang namanya tidak lagi menghiasi boks redaksi media. Ketika ditanya, Deyang menjawab dia tidak aktif lagi di media maupun dunia politik. Belakangan diketahui, Deyang memilih jalur sosial dengan menjadi Wakil Ketua Yayasan Gerakan Solidaritas Nasional (GSN), yayasan yang didirikan Prabowo. Yayasan tersebut bergerak dalam bidang kepedulian terhadap anak-anak, perempuan, hingga masyarakat miskin.

Sejak Prabowo maju menjadi calon presiden tahun 2014, Nanik Deyang masuk menjadi tim pemenangan bersama dengan wartawan senior lain seperti Budi Purnom. Meski akhirnya kalah dalam Pilpres, Deyang tidak serta merta meninggalkan Prabowo. Dia konsisten berada di belakangnya. Tahun 2019, Deyang tercatat menjadi Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Koalisi Adil Makmur.

Nama Nanik pernah menarik perhatian publik ketika menulis surat terbuka ke Megawati Soekarno Putri. Anda mempertanyakan sebutan Pak Harto sebagai “Bapak Pembangunan ” , dengan pertanyaan “Apa yg dibangun?” Demikian Deyang mengawali suratnya, Ibu bangunlah dari kesombongan Anda agar Anda tidak dipermalukan rakyat, begitu lanjutan Deyang.

Selanjutnya Deyang nulis, Ibu Alhamdulillah saya masih bisa menikmati pemerintahan Pak Harto, yang sangat saya paling ingat petani kala itu hidup makmur, nelayan makmur, masyarakat makmur. Dolar flat 1600-2000 sepanjang 30 tahun (hanya belakangan ketika mafia dunia tidak bisa menjatuhkan Pak Harto, dolar kemudian dimainkan agar terjadi krisis dan Pak Harto bisa dilengserkan).

Jadi waktu itu dunia usaha termasuk BUMN yakin dolar gak mungkin melonjak di atas 2000, jadi perusahaan swasta termasuk BUMN tidak melakukan hedging terhadap utang LN mereka, sehingga ketika dolar melonjak hingga 18 ribu , maka hancurlah semua perusahaan swasta dan BUMN yang berutang dolar (karena harus membayar lebih besar), akibatnya terjadi krisis ekonomi hebat sehingga Pak Harto dipaksa lengser.

Tapi dengan 30 tahun menjaga dolar 2000 itu luar biasa lho Bu, manusia setengah dewa benar Pak Harto ini. Kalau waktu itu terjadi kriris ekonomi, sebetulnya bukan salah Pak Harto , tapi salah perusahaan swasta dan BUMN yg tidak melakukan hedging utang dalam mata uang dolar AS-nya.

Saya tanya Ibu, siapa yg membangun jalan tol pertama kali di Indonesia Ibu? Siapa yang membangun bendungan-bendungan raksasa seperti Jatiluhur dll, siapa yang membangun pelabuhan dan bandar udara di Indonesia?

Di zaman Pak Harto, harga telur gak sampai 5000, harga Indomie gak sampai 1000, harga gula putih 3000/Kg, bayar kuliah saya hanya 26 ribu dll , pokoknya semua serba murah namun petani tetap bisa makmur karena 100 persen disubsidi pemerintah dalam menggarap sawahnya. Tiga puluh tahun rakyat disubsidi BBM oleh Pak Harto. Kalau kuat malu coba bandingkan harga-harga di atas dengan di saat pemerintahan Ibu.

Ibu Megawati, di jaman Pak Harto jumlah BUMN hampir 600 buah dan tidak ada yang merugi. Bahkan kalau ada yang rugi pun dipertahankan untuk tidak dijual. Pak Harto 30 tahun memerintah tidak menjual BUMN lho Ibu. Kita dulu juga bangga Ibu , karena kita punya industri pesawat terbang PT Nurtanio (BUMN), indutri kapal PT PAL, industri persenjataan PT Pindad dll yang membanggakan.

Demikian petikan surat terbuka Deyang ke Megawati. Masih Panjang isi suratnya,yang mengupas berbagai hal tentang keberhasilan Pak Harto. Di surat ini Deyang mencoba membandingkan masa pemerintahan Soeharto dengan ketika Megawati memimpin. (Herman/kitaindonesiasatu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *