WARGA Kota Bekasi yang sehari-hari menggunakan jasa kereta api via Stasiun Bekasi, mulai mempertanyakan proses pembangunannya hingga rusaknya eskalator yang sudah melampaui batas waktu tiga bulan lebih.
“Aneh, bikin pesawat katanya kita sudah sanggup. Bikin kereta api cepat sudah. Kok hanya perbaiki eskalator buat dipake sehari-hari aja harus nunggu suku cadang dari luar negeri, gimana ini,” ujar Rini, Jumat (2/2/2034), salah satu pengguna jasa kereta api di Stasiun Bekasi.
Hal tak jauh beda disampaikan Fafa, penumpang lainnya. “Bayangin sudah 101 hari kok eskalator masih ngadat. Apa memang kita gak bisa bikin suku cadangnya,” katanya dengan nada kesal.
Seperti diketahui, warga Kota Bekasi sudah terlalu bosan melintasi Stasiun Bekasi karena rusaknya eskalator itu sudah cukup lama terjadi. Bahkab warga sampai membuat aksi simbolik ‘100 hari wafatnya’ eskalator Stasiun Bekasi.
Layaknya memperingati 100 hari orang meninggal, para pengguna kereta juga melakukan aksi tebar bunga pada replika makam yang terbuat dari kardus.
Ironisnya, pihak Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan berdalih biang kerok lamanya perbaikan eskalator adalah pengerjaan perbaikan yang memakan waktu lama karena pihaknya perlu menunggu proses pengadaan suku cadang dari luar negeri.
“Dari luar negeri mana maksudnya? Kok hanya bikin suku cadang eskalator aja kita gak mampu. Jangan-jangan ada permainan dalam pembangunannya,” timpal Amran.
Di Stasiun Bekasi terdapat 12 unit eskalator yang disiapkan untuk menunjang pelayanan penumpang. Hingga saat ini, sedang dilaksanakan perbaikan pada 2 eskalator yang berada di sisi utara peron 3 dan 4 serta pintu keluar sisi utara, sementara unit eskalator lainnya beroperasi normal.
Proses perbaikan eskalator tengah diupayakan agar dapat selesai pada pertengahan Februari 2024, sehingga dapat dimanfaatkan kembali untuk meningkatkan kenyamanan penumpang. (zas)