PEREMPUAN manis dan cantik ini, sehari- hari kami panggil Sarah. Ia salah satu staf di kantor Pimpinan Muhammadiyah (PDM) Kota Bekasi. Dan sudah bertugas cukup lama. Pengabdiannya di Muhammadiyah tak diragukan lagi
Perempuan berdarah Banten ini, adalah pekerja keras. Di tengah kesibukannya sebagai staf PDM, sudah pasti harus melayani kebutuhan rapat. Dalam kondisi sibuk ia masih bisa melayani pertanyaan- pertanyaan tamu yang datang.
Ia selalu menampakkan wajah ceria, tentu melepas senyum santun. Maksudnya tersenyum bukan menggoda tapi senyumnya sebagai penghormatan kepada tamu yang sedang ia hadapi.
Kesibukannya akan semakin padat di saat jelang Musda. Seperti biasa rapat-rapat di kantor PDM akan semakin sering.
Sosok Sarah mengingatkan aku kepada seorang gadis Manado saat kami menyiapkan deklarasi salah satu partai di Senayan Jakarta.
Ia kami panggil Monica. Hari- hari jelang deklarasi ia sangat sibuk. Banyak surat yang harus diselesaikan. Ia juga menyiapkan surat- surat ijin permohonan penggunaan gedung Gelora Bung Karno, menyiapkan SK DPD, DPW se Indonesa.
Jika suasananya tegang, almarhum Sutan Bhatoegana sering melontarkan ungkapan hal yang lucu khas Medan yang membuat suasa cair. Betapapun beratnya pekerjaan, gadis Monica tetap ceria.
Aku tak melanjutkan karir politik di partai itu karena mungkin saat itu aku memandang politik itu hitam putih. Yang membuat aku dan sejumlah pendiri partai mundur karena saat deklarasi di Senayan SBY tak hadir. Seusai deklarasi dilaksanakan Musyawarah Nasional di Hotel Indonesia, lagi- lagi ketua umum partai saat itu Subur Budisantoso tak berhasil menghadirkan SBY. Usai Munas pertama, banyak pendiri partai di daerah yang mengundurkan diri.
Ah, kok jadi bicara partai. Padahal aku hanya memberikan apresiasi yang tinggi pada staf Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) yang mengingatkan aku dengan gadis Monica, saat partai berkantor di komplek Pertamina Cempaka Putih Utara. Entah dimana sekarang Monica staf di kantor Demokrat sat itu. (Imran Nasution)