TAK ada yang mampu menandingi Baitullah. Sekelas Amerika Serikat sekalipun. Tentunya dalam aturan jumlah barisan yang hanya sekejap. Bayangkan, hanya di Masjidil Haram lah barisan bisa terbentuk hanya dalam hitungan detik. Begitu tanda ikamah, kamat, atau iqamah disuarakan tanda dimulainya waktu shalat, saat itu juga jutaan jamaah berbaris rapih.
Qamat adalah panggilan atau seruan segera berdiri untuk shalat. Secara umum, qamat diberikan lebih cepat dan dengan cara yang lebih monoton, dibandingkan dengan azan, karena ditujukan untuk mereka yang sudah di masjid.
Apalagi saat hari Jumat telah tiba. Para jamaah pun harus hadir beberapa jam sebelumnya. Jika tidak, maka kita tak akan kebagian tempat. Sejumlah jalur menuju Masjidil Haram sudah ditutup mulai pukul 09.00 WAS atau 13.00 WIB.
Seperti dilaporkan wartawan koranbekasi.id Zulkarnain Alfisyahrin dari Madinah, Sabtu (29/6/2024), bahwa di Masjid Nabawi sama halnya dengan Masjidil Haram, terutama hari Jumat. Tak boleh berleha-leha kita menunggu shalat Jumat tiba.
Jumat kemarin misalnya, para jamaah yang datang pukul 10.00 sudah tak kebagian tempat. Kalaupun ada paling duduk sudah tidak di karpet lagi. Saya bersama rombongan lainnya, berangkat ke Masjid Nabawi pukul 10.00. Setibanya di lokasi, tak lagi kebagian tempat di atas karpet, kecuali di atas batu marmer yang tak beralaskan apa-apa.
Padahal, shalat Jumaat dimulai hampir pukul 12.30 WAS. Tapi begitu tanda qamat disuarakan, jutaan umat manusia di Masjid Nabawi langsung dalam sekejap sudah berdiri berbaris rapih. Tak ada pejabat apalagi konglomerat, semuanya berdiri rapih dan sejajar dalam menghadapi shalat. Tidak ada yang dikawal dan duduk paling depan. Siapa yang tiba lebih awal, dia dapat tempat shalat terdepan. Semuanya benar-benar sama di hadapan Allah.
Benar-benar suatu mukjizat yang luar biasa dari Allah SWT. Tak pernah ada satu barisan shalat terbentuk hanya dalam sekejap dalam jumlah jutaan orang. Barisan tentara Adi Kuasa yang terlatih sekalipun.
“Luar biasa, inilah ke-mukjizat-an Allah yang tak tertandingi,” ujar Pak Ehon, salah satu rombongan KBIHU Maulana Azhari dari Kayuringin Kota Bekasi. (Bersambung)