MELIHAT berita yang sedang viral dari kemarin hingga hari ini terkait adanya kecelakaan di Subang yang menewaskan 11 orang, umumnya kalangan pelajar SMK, pihak sekolah, mulai dari TK hingga SMA sederajat, seharusnya pihak sekolah sudah menolak adanya rencana study tour.
Menurut Dr Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani selaku aktivis pendidikan dan kemanusiaan serta sebagai praktisi dan pengamat PAUDNI (Pendidikan Anak Usia Dini Non), tidak banyak manfaat dan faedahnya, hanya menyulitkan orang tua. Lagi pula zaman sudah canggih. Jika hanya untuk mengenal tempat wisata dapat dipelajari dari internet. Toh kasihan orang tua dan seharusnya kalau mau buat acara apapun cukup di sekolahnya saja, tidak perlu study tour segala.
Karenanya, dia pun mengimbau kepada seluruh pendidik di sekolah, baik sekolah negeri maupun swasta, untuk mengkaji ulang terkait kegiatan tersebut.
“Kegiatan ini tidak wajib, karena tidak termasuk agenda Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Musyawarah dulu, diskusikan dulu bersama-sama, karena ini menyangkut anggaran biaya yang dapat membebani siswa terutama orang tua (wali murid)” kata Abu Fayadh.
Dijelaskan, pelepasan acara kelulusan siswa bisa dilaksanakan di sekolah dengan efisiensi anggaran biaya.
“Jangan pihak sekolah dengan keputusannya langsung melayangkan surat edaran kepada siswa. Jika ada orang tua siswa yang tidak mampu dan keberatan dengan kegiatan tersebut silahkan menyatakan sikapnya,”ujarnya.
Abu Fayadh mengatakan, tidak ada kewajiban bagi siswa untuk mengikuti kegiatan study tour, dan tidak boleh ada unsur paksaan. Tidak ada sanksi yang diberikan kepada siswanya jika menolak kegiatan study tour tersebut.
“Dinas Pendidikan (Disdik) di Kota maupun Kabupaten harus segera memanggil kepala sekolah yang memaksakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut,” tegasnya. (zas)