Acara Misa Oleh Paus, Rektor IBM Bekasi Jaenudin : Biarkan Saja Adzan Berkumandang…

Umum285 Dilihat

ACARA misa akan diselenggarakan pada Kamis (5/9/2024) di Gelora Bung Karno Jl Gerbang Pemuda, Kecamatan Tanah Abang, Senayan, Jakarta Pusat. Kominfo mengeluarkan surat untuk penayangan acara terus-menerus tanpa henti sampai acara selesai. Didalam surat tersebut juga tertuliskan peniadaan adzan maghrib saat acara berlangsung.

Menanggapi hal tersebut, Dr Jaenudin selaku Rektor IBM (Institut Bisnis Muhammadiyah) Bekasi mengatakan terima kasih kepada Paus Fransiskus karena telah datang ke Indonesia. Siapapun akan menghormati karena Indonesia salah satu negara dengan toleransi yang besar.

Apabila adzan tidak ditiadakan televisi, pastinya tidak akan memotong jalannya acara misa.

“Pesan saya adzan itu kan hanya semenit dua menit, tidak akan memotong jalannya acara misa oleh Paus. Kebiasaan ini jangan sampai menjadi kegaduhan di masyarakat maka tetaplah adzan maghrib dikumandangkan karena temponya hanya satu menit sampai dua menit,” ujar Jaenudin.

Ia juga mengatakan, sebaiknya kita harus tetap menghormati umat nasrani yang sedang misa di Senayan yang waktunya berhimpitan dengan sholat Maghrib. “Kita juga harus menghormati kegiatan-kegiatan yang lain. Ini bisa menjadi perpaduan sedikit menarik bahwa toleransi umat agama Nasrani dan umat Muslim sangat luar biasa. Dimana pada waktu yang bersamaan umat muslim akan melaksanakan ibadah sholat Maghrib. Jangan sampai ini menjadi suatu ketentangan, malahan menjadi keharmonisan dimana ketika misa, adzan Maghrib berkumandang,” lanjutnya.

Jadi, kata Jaenuddin, jangan sampai terpancing, khususnya umat Muslim dan umat Nasrani dan penyelenggara harus menjadi bijak adanya karena Paus Fransiskus juga tidak datang ke Indonesia setiap saat.

“Kunjungan tertentu saja, kita juga hormati, kita sambut untuk menjaga toleransi, ada dialog antar umat dan tokoh keagamaan untuk menjaga toleransi, perihal adzan yang diganti menjadi running text. Sebenarnya adzan itu kan untuk memanggil sholat bukan dari televisi tetapi dari masjid-masjid,” sambungnya.

Sementara itu, Eko selaku Dosen Unisma (Universitas Islam 45) Fakultas Teknik Bekasi, juga mengatakan bahwa ia tidak setuju kalau setiap televisi tidak menayangkan adzan yang sudah jadi kebiasaan tiba-tiba hilang.

“Saya sih ga setuju yaa mengapa setiap televisi tidak menanyangkan adzan, masa adzan yang sudah jadi kebiasaan dihilangkan dan diganti running text,” tegasnya. (Luky Firmansyah dan Salsa dari SMK Tamhar)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *