Gerakan Tengah Merawat Bangsa

Opini158 Dilihat

Oleh Erman Tale Daulay

(Host Bincang Tipis-Tipis)

JUDUL di atas selayaknya membawa kita ke dalam suatu pemikiran yang melihat sejenak ke belakang, kemudian memandang jauh ke depan. Artinya, sebagai sebuah bangsa, kita sudah mengalami begitu banyak cobaan, mulai pertikaian, pemberontakan dan krisis ekonomi. Alhamdulillah semua bisa terlewati dengan segala plus-minusnya.

Judul tulisan merujuk pada sejarah bagaimana peran Bung Hatta sangat besar terhadap republik ini. Ia bukan hanya menjadi wakil presiden pertama dalam sejarah bangsa, tetapi juga salah seorang tokoh yang berhasil menyelamatkan bangsa ini dari perpecahan dengan pandangan jalan tengah yang mendamaikan antar kelompok.

Misalnya, pada saat sidang PPKI yang merumuskan ideologi negara, peran Bung Hatta sangat besar. Ketika ada yang protes tentang isi Piagam Jakarta, Bung Hatta hadir untuk mendamaikan antar kubu dengan mengambil jalan tengah untuk kepentingan bangsa.

Bung Hatta merupakan cerminan tokoh yang lebih mengedepankan kepentingan bangsa dari pada kepentingan pribadi dan kelompok. Karena itulah, teladan Bung Hatta harus menjadi ruh dan semangat bagi generasi saat ini dalam menangkal berbagai persoalan yang dapat mengancam perpecahan bangsa.

Kalau kita perkecil skala permasalahan, bangsa ini akan menghadapi sebuah pesta demokrasi, yaitu Pilkada serentak 27 November 2024.

Kita sudah mempunyai pengalaman yang banyak melewati satu pemilu ke pemilu lainnya, dengan tantangan dan situasi politik yang beda.

Kini suhu politik kita terasa mulai panas, beberapa bulan menjelang pemilihan kepala daerah. Para pendukung mulai ramai mengeluarkan pernyataan pedas untuk mengekspresikan sikap politiknya.
Perang mulut terasa semakin vulgar. Bahkan pernyataan-pernyataan yang keluar itu berbuntut saling balas dan sindir. Publik disuguhkan perang mulut antarpendukung, grup Medsos menjadi ring tinju bagi mereka.

Pernyataan para pendukung tidak perlu dipersoalkan sejauh bernilai positif bagi kegairahan dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kritik kepada pemerintahan daerah justru sangat positif bagi gerak pembangunan. Pihak pemerintah daerah pun tidak perlu risih bila ada kritik tajam. Sebaliknya kritik harus dijadikan koreksi dan pelecut kinerja.
Sayangnya, pernyataan para pendukung belakangan ini justru sebaliknya.

Alih-alih memberikan pendidikan politik kepada rakyat agar arif dalam memilih, ujaran yang muncul justru hanya mendiskreditkan pihak lain dan cenderung tidak santun.

Jika ini berlarut, yang jadi korban bukan masyarkat dan elite, tapi bangsa ini secara keseluruhan.

Ujaran mendiskreditkan dan memantik kebencian kepada pihak lain bakal berujung perpecahan. Seorang yang berjiwa pemimpin seharusnya berpikir panjang bahwa apa yang diucapkannya bakal mempersatukan atau justru menimbulkan keterbelahan.

Memanasnya antar pendukung diperlukan kehadiran gerakan jalan tengah oleh para tokoh, kalangan akademisi, seniman dan pegiat sosial lainnya untuk meredam sengitnya pertikaian kedua kubu.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *